Ini hidup sebuah nyata
Ini hidup
sebuah armageddon bagi masing-masing makhluk lempung.
Ini hidup singkapan depan dan lalu. Singkapan Tuhan dan insan.
Ini hidup bukan minum hanya sereguk.
Ini hidup bukan berkedip hanya sedetik.
Ini hidup.
Sekali bangkit sekali mati.
Ini waktu, berpaling, bersumpah tak menoleh lagi. Dalam kepala malaikat "Kali ini kutulis di kanan atau kiri?"
Ini hidup.
Medan hegemoni antara Tuhan dan ego manusia.
Ini hidup tercekik postulat-postulat untung rugi
Pusat sentripetal bagi makhluk penuh kalkulasi.
Ini hidup tersesaki debat-debat panjang antara nisbi dan haqiqi.
Ini hidup, sekali bangkit sekali mati. Ini hidup, tiadakah kau? Satu pun?
Pun melirik? Pun terselentik? Tak kah?
Ini hidup.
Bukankah dari surga senantiasa terbisik
“Dekatilah dengan berjalan, maka Aku akan mendekatimu dengan berlari”.
Namun tetap ini hidup.
Terblokade oleh tembok-tembok egosentris, materialis, hedonis
Tumpang tindih neraca-neraca minus surplus kesepakatan dunia akhirat
Bumi pun bosan terinjak kaki-kaki para diktator bertopeng moral
Langit pun letih melihat kepala-kepala mendongak pongah
Klise ini cukup abadi
Sejak Adam hingga Ahmad,
bukankah surga tak pernah lelah, terus terdengar lamat-lamat :
Dekatilah dengan berjalan, maka Aku akan mendekatimu dengan berlari
Tuhan telah berjanji.
Janji Tuhan tak pernah patah, sabar mendengar klise abadi ini.
Berabad-abad, mungkin hingga kiamat :
Dekatilah dengan berjalan, maka Aku akan mendekatimu dengan berlari
Dekatilah dengan berjalan, maka Aku akan mendekatimu dengan berlari
By : Betari Aisah
Jember - Jatim