Thursday, March 12, 2009

Lempeng Magetan



Mak Kriuk! Gurihnya Lempeng Khas Magetan
Magetan Jika anda berkunjung ke obyek wisata ujung barat Jatim utamanya wisata alam air terjun dan Telaga Sarangan, rugi jika pulang tanpa membawa oleh-oleh khas Magetan. Krupuk lempeng merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Magetan yang harus Anda coba.

Krupuk lempeng dapat dijumpai di supermarket bahkan di warung-warung kaki lima pun. Namun jika ingin melihat langsung proses pembuatannya, Anda dapat berkunjung sentra krupuk lempeng di jalan Sadewo Kelurahan Sukowinangun Kecamatan /Kabupaten Magetan.

Tajab (56) salah satu pengusaha krupuk lempeng yang tinggal di 30 RT 03 RW 01 jalan Sadewo Kelurahan Sukowinangun menjelaskan bahwa dalam sehari dirinya mampu memproduksi 2 ribu krupuk lempeng dan menghabiskan 200 kilo beras sebagai bahan pokoknya.

"Rasanya gurih sehingga laris, bahkan dalam sehari saya menghabiskan 2 kwintal beras," jelas Tajab dengan bangga.

Untuk memproduksi 2 ribu lempeng dalam sehari Tajab (56) dan istrinya Sukarni (56) dibantu 13 pekerja yang mulai tampak sibuk sejak pukul 03.00 dini hari hingga pukul 16.00 WIB. Waktu itu dihabis untuk proses perebusan beras hingga penggorengan lempeng.

"Beras direbus kemudian dicampur bleng semacam air laut yang berfungsi untuk mengenyalkan. Setelah direbus 4 jam kemudian ditiriskan ke tempayan hingga dingin baru di iris-iris tipis menyerupai lempeng, dijemur hingga kering trus digoreng," tambah Tajab.

Soal harga Anda tak perlu khawatir, sangat terjangkau karena penjualannya dihitung per satu lempeng hanya Rp 175, namun jika sudah sampai warung harganya antara Rp 250 sampai Rp 500. Namun kebanyakan para pembeli di sentra krupuk lempeng ini para pedagang dari luar kota per satu karung ini 700 lembar lempeng dengan harga Rp 140 ribu.

Tak tanggung–tanggung lempeng buatan Pak Tajab banyak diambil para pengusaha jajanan seperti Yogyakarta, Gresik, Surabaya bahkan para pejabat Istana sering memesannya. Dari modal Rp 1,5 juta tiap hari dirinya dapat menghasilkan keuntungan bersih Rp 300-Rp 500 ribu setiap harinya.

"Yang pesan selain pedagang juga pernah ada utusan orang Istana Jakarta bahkan dulu juga sempat dapat tawaran dari negara Jepang namun kita tolak karena sudah kuwalahan,” jelas Sukarni di sela-sela meniris krupuknya.

Produksi krupuk lempeng pasangan Tajab dan Sukarmi merupakan usaha turun-temurun dari Almarhumah Gemi orang tua keduanya sejak tahun 1950-an sehingga diberi nama UD Gemi.

Jangan lupa kalau berwisata ke Sarangan Magetan untuk memborong krupuk lempeng untuk oleh-oleh keluarga. Krupuk lempeng dapat kita nikmati sebagai camilan bersama keluarga maupun sebagai teman menyantap nasi pecel.


Artikel Terkait:

0 Comments
Tweets
Komentar FB

0 komentar :

Post a Comment