Sebut saja nama ku Larasati, aku seorang siswi SMA yang sangat gemar dengan pelajaran matematika, sampai saat umurku yang berusia 17 tahun kini menurutku matematika adalah cinta ku setelah cintaku pada Sang Pencipta dan Rasulnya, juga tentu setelah cintaku kepada kedua orang tuaku. Dari kecil aku sangat suka dengan dunia berhitung, setidaknya begitu kata mama, sejak SD matematika sangat aku nomor satukan sampai-sampai suatu saat aku pernah mengalami sedikit dipresi karena semua nilai ku anjlok, kecuali matematika, namun walau begitu aku tetap cinta matematika.
Sekarang aku bulatkan aku harus masuk universtas dengan jurusan kesayanganku itu. Karena tekatku itu, aku setiap hari membahas soal-soal yang belum aku tau, atau sekedar mengulang pelajaran masa lalu. Saat itu pelajaran lain aku anggap sepele. Karena yang aku tau hanya aku cinta matematika dan aku harus lulus di universitas juga dengan jurusan matematika itu.
Tapi apa yang aku dapatkan, dispresi itu terulang kembali. Saat semua sudah kupersiapkan dengan matang, ujian masuk perguruan tinggipun sudah kujalani, aku pulang dengan yakin bahwa jawabanku akan soal-soal itu akan membawaku kesalah satu kursi di PTN favorit dengan jurusan favorit ku pula yaitu MATEMATIKA. Sesaat setelah itu aku jatuh sakit dan terbaring dirumah sakit. Aku sangat sedih ketika itu, bertepatan dengan hari pengumaman kelulusan PTN dan aku dinyatakan lulus di Universtas Indonesia dengan jurusan MATEMATIKA, namun di hari itu juga aku divonis menderita penyakit jahanam itu, leukimia dan sekali lagi aku divonis hanya hidup dua bulan lagi.
Saat itu yang aku tau aku rasanya sangat benci dengan Sang Pencipta, aku rasa aku telah mendapatkan ketidakadilan, "tuhan kenapa begini, engkau tak adil!!" itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, saat aku mengalami dipresiku yang membuat kerja kerasku masuk PTN sia-sia.
Sejak itu aku mulai menjadi pribadi yang lemah, cengeng bahkan pemalas. Jangankan untuk membahas soal-soal seperti dulu, bahkan untuk memakan obat yang akan mengurangi deritaku terhadap penyakit jahannam itupun aku sangat malas. Tak ada cemotherapy, tak ada konsultasi dengan dokter lagi. Aku lemah tak berdaya.
Sampai suatu ketika aku bertemu dengan seorang siswa SMA yang tiba-tiba masuk kekehidupanku, sebut saja namanya ficky, awalnya aku sangat membencinya karena ia menemuiku semata hanya untuk belajar matematika yang saat ini sangat aku benci karena penyakit jahanam ini, "Apa??? mau belajar matematika pada ku, apa dia tak tau kalau beberapa minggu lagi aku akan mati!!" kata hatiku saat dia memohon-mohon kepadaku dengan alasan nilai matematikanya sangatlah jelek karna sesungguhnya ia benci matematika, dan tuntutan nilailah yang membuatny mau berusha belajar. Dengan pujuk dan pintanya akhirnya aku bersedia mengajarinya dengan fikiran kalau ini mungkin kebaikan terakhir yang akan aku berikan untuk dunia dan sesama.
Seiring perjalan, ficky yang tau kondisiku membalas kebaikanku dengan menyemangatiku hingga aku seperti sedia kala, berusaha tersnyum memegang buku matematikaku walau vonis dokter menghatuiku. Sejak itu ficky menjadi suka matematika, nilai-nilainya pun kian membaik sampai suatu ketika tepatnya dua bulan setelah vonis dokter mengenai umurku ficky jatuh sakit, keadaannya sangat lemah, dan tanpa kusadari ternyata dia menyembunyikan penyakitnya yang jauh lebih kronis dariku. "Ya tuhan dia yg begitu saja masih bisa menyemangatiku, kenapa aku terlalu lemah" batinku saat mendengar mengenai penyakitnya.
Sejak itu aku lebih besemangat menjalani hidupku apa lagi dua bulan terakhir ini aku tak merasa bahwa aku akan pergi seperti apa yang dikatakan dokter. Tapi saat semangat ku pulih, dipresiku datang lagi. Aku mendengar berita bahwa ficky sang penyemangatku telah tiada, ia meninggal dunia karena kanker yang dideritanya sejak kecil. Aku sangat terpukul karena kepergiannya yang meninggalkan berjuta kenangan berharga nan singkat dihidupku.
Sedihku berlanjut, terlebih mengingat saat bersamanya, tetapi mengingat semangat ficky, semangat yang mau belajar walau ia tau umurnya tak panjang, dan senyum bahagia yang selalu terbit dibibirnya, walau rasa sakit dideritanya. Dengan itu semua aku faham bahwa aku harus tetap semangat menjalani hidupku, ditambah lagi ternyata vonis dokter terhadapku salah, ternyata aku tak menderita penyakit yang beberapa saat yg lalu kusebut penyakit jahannam itu.
***
"Ya tuhan ampuni aku, aku sadar masih banyak orang yang tidak sebahagia aku, ya tuhan tempatkanlah ficky di tempat yang istimewa disisiMU, karena dia penyemangat hidupku" itulah secarik do'a yang kupanjatkam sesaat sebelum ku berangkat ke universitas Indonesia dengan jurusan kesayanganku MATEMATIKA yang dulu sempat tertunda.
Sekarang aku bulatkan aku harus masuk universtas dengan jurusan kesayanganku itu. Karena tekatku itu, aku setiap hari membahas soal-soal yang belum aku tau, atau sekedar mengulang pelajaran masa lalu. Saat itu pelajaran lain aku anggap sepele. Karena yang aku tau hanya aku cinta matematika dan aku harus lulus di universitas juga dengan jurusan matematika itu.
Tapi apa yang aku dapatkan, dispresi itu terulang kembali. Saat semua sudah kupersiapkan dengan matang, ujian masuk perguruan tinggipun sudah kujalani, aku pulang dengan yakin bahwa jawabanku akan soal-soal itu akan membawaku kesalah satu kursi di PTN favorit dengan jurusan favorit ku pula yaitu MATEMATIKA. Sesaat setelah itu aku jatuh sakit dan terbaring dirumah sakit. Aku sangat sedih ketika itu, bertepatan dengan hari pengumaman kelulusan PTN dan aku dinyatakan lulus di Universtas Indonesia dengan jurusan MATEMATIKA, namun di hari itu juga aku divonis menderita penyakit jahanam itu, leukimia dan sekali lagi aku divonis hanya hidup dua bulan lagi.
Saat itu yang aku tau aku rasanya sangat benci dengan Sang Pencipta, aku rasa aku telah mendapatkan ketidakadilan, "tuhan kenapa begini, engkau tak adil!!" itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, saat aku mengalami dipresiku yang membuat kerja kerasku masuk PTN sia-sia.
Sejak itu aku mulai menjadi pribadi yang lemah, cengeng bahkan pemalas. Jangankan untuk membahas soal-soal seperti dulu, bahkan untuk memakan obat yang akan mengurangi deritaku terhadap penyakit jahannam itupun aku sangat malas. Tak ada cemotherapy, tak ada konsultasi dengan dokter lagi. Aku lemah tak berdaya.
Sampai suatu ketika aku bertemu dengan seorang siswa SMA yang tiba-tiba masuk kekehidupanku, sebut saja namanya ficky, awalnya aku sangat membencinya karena ia menemuiku semata hanya untuk belajar matematika yang saat ini sangat aku benci karena penyakit jahanam ini, "Apa??? mau belajar matematika pada ku, apa dia tak tau kalau beberapa minggu lagi aku akan mati!!" kata hatiku saat dia memohon-mohon kepadaku dengan alasan nilai matematikanya sangatlah jelek karna sesungguhnya ia benci matematika, dan tuntutan nilailah yang membuatny mau berusha belajar. Dengan pujuk dan pintanya akhirnya aku bersedia mengajarinya dengan fikiran kalau ini mungkin kebaikan terakhir yang akan aku berikan untuk dunia dan sesama.
Seiring perjalan, ficky yang tau kondisiku membalas kebaikanku dengan menyemangatiku hingga aku seperti sedia kala, berusaha tersnyum memegang buku matematikaku walau vonis dokter menghatuiku. Sejak itu ficky menjadi suka matematika, nilai-nilainya pun kian membaik sampai suatu ketika tepatnya dua bulan setelah vonis dokter mengenai umurku ficky jatuh sakit, keadaannya sangat lemah, dan tanpa kusadari ternyata dia menyembunyikan penyakitnya yang jauh lebih kronis dariku. "Ya tuhan dia yg begitu saja masih bisa menyemangatiku, kenapa aku terlalu lemah" batinku saat mendengar mengenai penyakitnya.
Sejak itu aku lebih besemangat menjalani hidupku apa lagi dua bulan terakhir ini aku tak merasa bahwa aku akan pergi seperti apa yang dikatakan dokter. Tapi saat semangat ku pulih, dipresiku datang lagi. Aku mendengar berita bahwa ficky sang penyemangatku telah tiada, ia meninggal dunia karena kanker yang dideritanya sejak kecil. Aku sangat terpukul karena kepergiannya yang meninggalkan berjuta kenangan berharga nan singkat dihidupku.
Sedihku berlanjut, terlebih mengingat saat bersamanya, tetapi mengingat semangat ficky, semangat yang mau belajar walau ia tau umurnya tak panjang, dan senyum bahagia yang selalu terbit dibibirnya, walau rasa sakit dideritanya. Dengan itu semua aku faham bahwa aku harus tetap semangat menjalani hidupku, ditambah lagi ternyata vonis dokter terhadapku salah, ternyata aku tak menderita penyakit yang beberapa saat yg lalu kusebut penyakit jahannam itu.
***
"Ya tuhan ampuni aku, aku sadar masih banyak orang yang tidak sebahagia aku, ya tuhan tempatkanlah ficky di tempat yang istimewa disisiMU, karena dia penyemangat hidupku" itulah secarik do'a yang kupanjatkam sesaat sebelum ku berangkat ke universitas Indonesia dengan jurusan kesayanganku MATEMATIKA yang dulu sempat tertunda.
By : Ibnatun Rif’ah
Gondokusumo - Yogyakarta
tetepht smangath kakak muda..,
ReplyDeletetingkatkan prestasimu :D
,iyya terima kasih mohon koreksinya :)
Deletetakdir akan kematian makhluk itu ada di tangan Tuhan , bukan manusia,, dokter hanyalah perantara untuk menyembuhkan penyakit kita,, tapi siapa yang menentukan akan kesembuhan atau lebih tepatnya jalan akhir dari sebuah penyakit selain Tuhan bukan,,,,??? kita hanya bisa berikhtiar,, eah,, ikhtiarlah yang bisa kita lakukan,, meskipun dokter memfonis berapa hari lagi hidup kita akan berahir, tapi jika Tuhan tidak berkehendak,,jika tak ada KUNFAYAKUN dari Tuhan,, apalah arti semua dari omongan makhluk,,,harapan makhluk bukan,,,
ReplyDeletetetap semangat semangat sayang,,, semoga Allah selalu menyertai mu,,, :-)
itulah salah satu hikmah yang ingin kusampaikan dari cerita ini mba, Hidup dan Mati hanya Dia yang tahu..
DeleteAmiin ya robb, Syukron mba, mohon kritikannnya aku belajar darimu hehe
Bagus dx tulisanx, tnggal bnyak2 mmbaca tulisan penulis2 hebat dan belajar EYD yg lebih baik lagi. Ada beberapa kata yg kurang tepat, seperti dispresi atau depresi, tau atau tahu...
ReplyDeleteiya bang sy emg agak lemah sama EYD hehe,
Deleteterima kasih atas koreksinya insya Allah akan belajar lebih banyak, mohon bimbingannya yaa senior :)
rencana Allah lebih indah dari rencana kita,
ReplyDeletetapi ending-nya kurang dapet greget aku eh
Amazing untuk temanya.. semangat selalu ia'aachh!! kutunggu cerita darimu selanjutnya dengan kata-katamu yang lebih tepat dan indah.. Jangan lupa cerita dan imajinasimu tidak akan pernah abis.. So, selalu buru mereka!! :D
ReplyDeletebgus i'ah.
ReplyDeletedtnggu krya2 slnjtnya :)