Terik mentari yang tajam..
Sinarnya yang begitu mencekam..
Menjadi saksi jerih payahmu mengundi nasib..
Sejak aku kecil, kau melihatku begitu suci..
Selalu menjadi kekuatan setiap saat..
Hingga tata surya tersenyum padamu, yang lihai menjagaku..
Ayah..
Walau tubuhmu rapuh..
Walau rambutmu memutih..
Walau kulitmu telah keriput..
Kau tetap berjiwa muda dalam membahagiakan kami..
Menyuapi sesuap gandum,
Menghidupkan rumput dihalaman,
Dan membasuh dahaga dalam riakku..
Keringat dikeningmu begitu deras mengalir,
Entah se-lelah apa yang kau rasakan..
Keluhmu tak pernah ku dengar jua..
AYAH..
Kini kau telah renta..
Waktunya aku menghapus keringat dikeningmu
Tiba saat nya aku merangkulmu
Walau tak sempurna membalasnya
Namun ketulusan hati,kuberikan selalu padamu..
Manusia yang hebat disemesta ini..
Kaulah……
“AYAH”
By : Ana Fatonah
Cikarang Selatan - Bekasi
setau gue anafaton itu akunting handal berbasis puistis internasional. wkwkk lebay dikit
ReplyDeletehehe lebayyy akh
ReplyDeleteserius , besok bikin cerpen lagi ga?
ReplyDeleteinsyaallah..
Deletekeringat ayah memang menyentuh jiwa. aku sayang ayah..
ReplyDeleteayah itu memang istimewa..
ReplyDeletesetuju....
ReplyDeletebagusss banget
ReplyDeletebaguss teteh
ReplyDeleteterimakasih semua..
ReplyDeletesawangsul na,. :)
ReplyDeletewahyu :bahasa apaan nih ? he
ReplyDeleteanya : terimakasih anya :)
ReplyDeletemendidik kita untuk menghargai perjuangan ayah
ReplyDeletesaya buat dalam waktu 5 menit, tp merenungkannya butuh waktu 18 thn (usia saya) . krna ayah adalah manusia hebat setelah rosul :)
ReplyDeletesubhanallah :)
ReplyDeleteteruslah berkarya..
inddah bait demi baitnya
ReplyDeleteSelain Ibu, ayah adalah sosok yang aku hormati dan cintai!
ReplyDeleteLomba buat Puisi Cinta dengan tema Puisi Cinta Untuk Kekasih