Menuju Mahameruku

Pemenang Ke 3
Jumlah Komentar 111

Hal yang dinanti – nantikan pun datang juga, kami kelompok yang dinamakan PURPALA yaitu Pura – pura Pecinta Alam bersiap – siap untuk melakukan pendakian. Ya nama kelompoknya memang sedikit menggelikan, tapi itulah nama kelompok kami. Pukul 11.30 malam kami memulai pendakian. Rasa putus asa yang menghantuiku masih belum hilang dibenak ini, menjadi beban pikiran bagiku. Perjalan yang lagi – lagi memasuki hutan serta jalan menanjak membuat kami kelelahan. Ketika aku melihat mbak ikah kelelahan, mendorong semangatku untuk memegang tangannya agar terus berjalan, memberikan semangat untuknya bahwa kita semua pasti sampai di puncak mahameru.

1,5 km telah kami tempuh, dan sampailah di arcopodo. Dimana tempat ini merupakan bonus untuk para pendaki sebagai tempat beristirahat sejenak. Banyak juga para pendaki yang memutuskan untuk camp disini, karena setelah melewati arcopodo 1,2 km lagi adalah puncak mahameru. Numun kami tidak camp di arcopodo, karena lebih nyaman camp di kali mati. Lanjut perjalanan setelah istirahat minum air dan makan coklat, ternyata pendakian semakin menanjak.

Tangan yang tetap memegang erat mbak ikah, terus berjalan hingga sampai pada jalan pasir hitam yang gembur. Tekstur pasir yang lembut membuat perjalanan pendakian semakin berat. Dan sampailah kami di lereng mahameru, begitu megahnya gunung tertinggi di pulau jawa ini.

Perjuangan sesungguhnya berawal dari lereng gunung ini untuk sampai di puncak mahameru. Di tengah malam yang sunyi terlihat para pendaki dengan senter yang mereka bawa, menjadikan pemandangan yang indah untuk pertamakalinya aku lihat. Perlahan beban pikiranku mulai hilang, berubah menjadi semangat – semangat kecil yang semakin lama membesar. Dorongan semangat yang berkumpul membuatku yakin akan berdiri di atas puncak sana. Dengan kemiringan sekitar 45 derajat membuatku harus menjaga keseimbangan selama pendakian. Berjalan langkah demi langkah terasa sangat berat. Berhati – hati untuk tidak menginjak batu agar tidak longsor ke bawah dan memasang telinga baik – baik apabila ada teriakan batu yang longsor dari atas.

Pendakian sesungguhnya ini memang sangat menguras banyak tenaga, beberapa kali banyaknya kami berhenti sejenak untuk memulihkan tenaga. Puncak masih terlihat jauh di atas sana, butuh berapa lama lagi untuk sampai di puncak, aku pun tidak tahu. Pagi dini hari yang membuat udara semakin dingin dan rasa ngantuk membuat beban semakin berat. Setiap berhenti untuk istirahat, kami duduk dengan saling berdekatan untuk mengurangi rasa dingin. Sesekali aku istirahat terlentang dan mencoba tidur sejenak. Sambil melihat langit dengan beberapa bintang yang muncul beserta bulan yang terang benderang, membuatku terpana akan keagungan Tuhan. Mulut yang tak kuasa menahan kata “subhanallah” benar – benar Maha Suci Engkau ya Allah . Seakan tak ingin berhenti memandangi karena begitu indahnya ciptaan Tuhan, dan inilah yang disebut surga dunia.

Namun tujuanku masih belum tercapai, mahameruku masih berada di atas sana. Terus ku berjalan hingga tak mampu lagi kaki ini berdiri tegak dan akhirnya membuatku untuk merangkak demi menuju mahameruku. Entah sudah berapa lama kami mendaki, puncak masih belum kami temui. Bulan pun semakin menghilang karena matahari pagi perlahan muncul menampakkan sinarnya. Sinar matahari di balik pendakian memancarkan sinar fatamorgana yang begitu indah.

Terlihatlah olehku puncak mahameru di atas sana, semua beban pikiran yang menghantuiku sekarang benar – benar hilang. Semangat yang beribu – ribu kali lipat serasa di suntikkan semuanya padaku. Dan aku pun benar – benar merasa senang, puncak mahameruku sudah terlihat jelas. Langkahku semakin dipercepat dan merangkak dengan semangat. Pikirku hanya satu, berdiri di atas puncak itu.

Pagi yang perlahan semakin cerah, membakar semangatku untuk sampai di puncak dan melihat keindahan sunrise di sana. Beberapa pendaki coba ku dahului agar segera berada di atas sana. Dan akhirnya langkahku terhenti, karena sunrise sudah muncul terlebih dahulu. Aku pun menikmati indahnya sunrise dilangkah yang tidak jauh dari puncak. Keindahan alam memang begitu mempesona tiada duanya, mataku yang berat karena mengantuk menjadi berbinar – binar tak menyangka indahnya alam ini adalah surga dunia bagiku. Tak ada kata lain yang bisa aku ungkapkan selain rasa syukurku kepada Allah SWT. yang telah menciptakan bumi ini dengan begitu indahnya.

Ku lanjutkan pendakianku yang tinggal beberapa langkah lagi menuju puncak mahameruku. Pukul 6 pagi aku sampai di atas puncak mahameruku. Perjalanan yang menempuh waktu 6,5 jam dengan perjuangan yang sangat melelahkan, akhirnya tibalah aku di titik klimaks puncak mahameruku. Rasa bersyukur yang selalu aku ucapkan membasahi bibir ini. Tanpa ada rencana awal dan tak ku sangka ternyata Allah mengijinkan aku berada di puncak ini, akhirnya angan – angan itu benar menjadi kenyataan. Ku rentangkan kedua tanganku dan berteriak penuh rasa lega, “aaaaaarrrrrrrhhhhhhh”. Tak bisa ku ungkapkan apa yang ku rasa saat itu, masih tak percaya aku bisa berdiri di atas puncak mahameruku.

Sungguh pemandangan yang luar biasa, benar – benar surga dunia yang kurasakan di atas sana. Bendera Merah Putih yang berkibar di atas puncak menyatakan begitu besarnya perjuangan mendaki puncak mahameru dengan semangat yang membara layaknya perjuangan bangsa ini mencapai kemerdekaannya. Namun sebesar apapun perjuangan mendaki puncak mahameru tidak akan setara dibandingkan perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Aku merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yang baru pertama kali aku dapatkan, begitu besarnya perjuangan dan semangat yang dikorbankan para pahlawan kita untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.

Moment – moment selama pendakian ini tak akan pernah bisa aku lupakan. Moment yang sangat langka bagiku untuk dilakukan, moment terindah karena pertama kali aku mendaki langsung mendaki puncak mahameru. Ditambah dengan hadirnya kedua saudaraku, menjadi moment yang sangat special bagiku.

Dataran bebatuan kasar serta sedikit pasir halus merupakan gambaran dari puncak mahameru. Semburan asap belerang dari kawahnya seakan memberikan tanda bahwa gunung semeru masih aktif. Selama di atas puncak semua pendaki tidak boleh berada disana sampai pukul 8 pagi, karena ketika pukul 8 keatas asap belerang itu mengitari jalur pendakian. Hal ini sangat membahayakan untuk para pendaki.

Sekitar 1 jam kami berada di puncak mahameru, suhu yang dingin serta angin yang kencang membuatku sangat kedinginan. Roti dan cokelat menjadi makanan pengganjal perut kami yang lapar. Dirasa sudah cukup pengabadian foto di puncak, dan untuk terakhir kalinya kami grup PURPALA berkumpul semua untuk mengabadikan foto bersama. Selepas itu kami kembali ke camp.

---

By : Muhammad Akbar
Lowokwaru – Malang

---

Artikel Terkait: