Mentari meyinari bumi dengan sinar keemasannya pagi itu. Jalanan pusat kota Bandung tampak padat oleh kendaraan yang lalu lalang. Motor, mobil, angkot, dan metromini merayap perlahan, saling berebut celah-celah kosong diantara kendaraan lain yang berjubel dan membuat jalan aspal itu semakin sesak. Sebuah sekolah di tengah kota Bandung pun mulai menampakkan kegiatannya. Para siswa berbondong-bondong berjalan kaki, mengendarai motor atau mobil mereka memasuki gerbang yang bertuliskan SMA BINA NUSANTARA diatasnya. Di sepanjang lorong sekolah dan kelas-kelas terdengar celoteh siswa siswi menceritakan liburan akhir semester yang baru saja berlalu. Canda tawa dan kegaduhan juga terdengar dari kelas XI IPA 1 , keadaan mulai sunyi setelah Bu Erika memasuki kelas. Semua mata siswa laki-laki tertuju pada sosok yang berdiri di depan kelas disamping Bu Erika, wali kelas mereka.
“wah… anak baru ya bu? Meuni gelis pisan euy , mirip sama artis ibu kota yang di tipi-tipi” ucap seorang siswa yang bernama Bima, seisi kelas meneriaki dan menertawakannya.
“iya ini siswa baru pindahan dari Jakarta” jawab bu Erika sambil tersenyum simpul dan mempersilahkan siswi baru itu memperkenalkan diri.
“Hai temen-temen, perkenalkan nama saya Arum, saya pindahan dari SMA 25 Jakarta, senang bertemu kalian” paras cantik dan senyum manis gadis itu pastilah membuat cowok yang masih normal terpesona, termasuk Ramon yang sedari tadi menatap Arum tanpa berkedip, dia merasakan ada desiran lembut menelusup ke dalam hatinya, serasa ada aliran listrik sekian volt yang menjalar didadanya , Ramon bertanya-tanya dalam hati, semudah itukah ia jatuh cinta pada pandangan pertama setelah ia dicampakkan oleh seorang gadis?
“Arum , sekarang kamu bisa duduk dan berkenalan dengan teman-teman barumu, anak-anak ibu tinggal dulu ya, berhubung hari ini adalah hari pertama kalian masuk sebagai siswa kelas XI, jadi mungkin banyak mapel yang kosong ” Bu Erika pun berlalu meninggalkan siswa-siswinya yang bersorak gembira.
“neng Arum, sini neng duduk di samping mamang Bima” Bima berkoar lagi dengan nada rayunya yang khas.
“eh enak aja lo, trus gue musti duduk dimana, kira-kira dong kalo mau modus” protes Dino , teman sebangku Bima.
“udah Din, lo duduk di belakang aja, noh kursi samping Lilis masih kosong” pinta Bima sambil melirik sekilas bangku paling belakang yang diduduki cewek bertompel besar di pipi dan memakai kaca mata betty lavea dengan rambut kepang dua bernama Lilis. Dino melihat Lilis dengan bergidik ngeri.
“idih ogah, lo aja yang duduk situ”
“yah Din, nggak tau temen lagi usaha apa”
“bodo amat, tempat duduk gue ini udah gue kasih hak paten, nggak boleh di dudukin sama siapapun” Dengan iming-iming ditraktir makan seminggu oleh Bima, Vino akhirnya luluh juga, ia pun rela duduk sebangku dengan Lilis dan berusaha tidak memperdulikan teman-temannya yang terkekeh melihat tingkahnya yang sok ilfeel pada cewek culun itu .Sementara Bima mempersilahkan Arum duduk disampingnya dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Bima mengulurkan tangannya sesaat setelah Arum duduk.
“kenalin , nama gue Bima”
“gue Arum”mereka bersalaman. Bima tersenyum bahagia sambil merapikan kerah bajunya, di wajahnya terbersit ekspresi kepuasaan.
“Bima Bima… ada aja cara buat deketin cewek” celetuk Iyan yang duduk di depan Bisma
“yah elo yan , kaya nggak tahu Bima aja, dia kan selalu punya seribu satu macam cara buat deketin cewek” sambung Eza, temen sebangku Ian.
“brisik aja lo pada” sambar Bima sambil menoyor kepala Eza dan Iyan, kemudian ia kembali sibuk bercakap-cakap dengan Arum. Di bangku seberang, Ramon melihat Bima dengan muka ditekuk.
“kenapa lo mon, daritadi diem aja?” tegur Vicky,teman sebangku Ramon
“nggak kenapa-napa kok Vick” Ramon membuang muka dengan sedikit perasaan dongkol dan iri melihat kedekatan Arum dan Bima.
***
Bel tanda istirahat baru saja berdentang, para siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin ataupun koperasi sekolah.
“Arum yuk kita ke kantin bareng temen-temen se-geng gue” Ajak Bima
“emang temen se-geng lo siapa aja?” Tanya Arum. Belum sempat Bima memanggil sobat-sobatnya, mereka sudah berkumpul menggerubungi tempat duduk Arum.
“hai Arum, kenalan dulu dong, kita kan belum kenal” Sambar Andre dengan gayanya yang sok keren. Arum pun menjabat tangan Andre dan anggota geng Bima lainnya satu persatu. Mulai dari Dino, Eza, Iyan, Vicky dan terakhir Ramon. Saat Ramon menyentuh tangan lembut Arum seketika desiran lembut itu hadir kembali menelusup di kalbunya, ia menatap mata indah di depannya seksama, mata mereka beradu dan itu menumbulkan sensasi yang luar biasa di hati Ramon. Mereka berdua bersalaman lama.
“lama banget sih megangnya mon” Bima merebut tangan Arum dan menariknya menuju kantin sekolah.
Di kantin sekolah, Arum bersama ketujuh cowok yang berjuluk geng “seven max” itu sedang asyik ngobrol dan menyantap makanan masing-masing. Bima tetap saja meluncurkan rayuan dan perhatiannya pada Arum yang hanya menanggapi dengan senyum manisnya. Tiba-tiba seorang cewek berjalan menghampiri mereka. Dia berdiri di samping Andre, tangannya bergelayut mesra di pundaknya, lalu ia menggamit tangan Andre, mereka berduapun beranjak meninggalkan teman-temannya.
“mau kemana sih mereka” Tanya Vicky
“tauk tuh, kerjaannya berduaan mulu deh mereka” ucap Iyan
“Ramon diem aja dari tadi, lo cemburu ya mon?” serang Eza sambil melihat Ramon yang sok sibuk mengaduk-aduh gelas orange juice-nya
“ya iyalah, Ramon kan masih sayang sama Natasya” sambung Dino tak mau kalah
“apaan sih kalian, ngapain gue cemburu, dia kan cuma mantan gue, lagian gue udah rela kok dia jadian ama Andre” sangkal Ramon diplomatis
“wuu rela apa rela?” serbu mereka serentak, tawapun meledak seketika. Ramon pasang muka kesal.
Ya, dulu Ramon memang sempat berpacaran dengan Natasya yang sekarang statusnya sebagai pacar Andre, mereka sempat bertengkar karena Ramon tidak rela cewek yang masih dicintainya jatuh di pelukan cowok playboy seperti Andre. Tapi sekarang Ramon mencoba menerima kenyataan dan tidak mau mengorbankan persahabatan mereka karena seorang cewek.
***
Rumah Vicky, pukul 14:00
Seperti biasa geng “seven max” berkumpul sepulang sekolah.
“Andre kemana lagi nih, kok nggak nongol-nongol?” Tanya Ramon
“paling juga lagi jalan ama Natasya” jawab Eza
“neng Arum neng Arum, gelis pisan euy, abdi mah bogoh ka anjeun ” gumam si Bima sambil membayangkan wajah Arum
“anak satu ini lagi kesambet apa ya, emang lo beneran suka ma Arum bim?” Tanya Iyan yang tengah tiduran di sova sambil bermain game.
“ya iya lah bro, pake nanya lagi. Dia tu cewek kriteria gue banget, udah cakep, manis, giginya gingsul, punya lesung pipit lagi, behh mantap mamen”
“iya sih, dia emang cantik nggak kaya si tompel Lilis tuh” ucap Dino dengan muka ilfeel
“si Lilis tuh cocok kalo sama lo Din” kata Bima sambil tertawa terpingkal-pingkal, tawanya tak berhenti sampai Rangga menoyor kepalanya dengan keras.
“Ya udah bim, kalo lo emang beneran suka tembak aja sob” usul Vicky
“nggak semudah itu vick, gue harus melakukan pendekatan yang intens dulu baru di jedor” jawab Bima sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit akibat serangan Dino
“gue doain lo bisa jadian ama dia, kalo udah jadian jangan lupa makan-makan” ucap Dino
“Yoi kita dukung elo bim” sambung Iyan dan Eza serentak
Bima,Dino,Eza dan Iyan sudah bubar ke rumah masing-masing saat jam telah menunjukkan pukul empat sore. Menyisakan Ramon yang masih duduk di ruang tamu rumah Vicky.
“lo kenapa sih mon, dari tadi muka lo kusut mulu” tegur Vicky
“nggak apa kok vick, eh tau nggak tiap gue liat Arum hati gue tu rasanya bergetar, trus kalo liat matanya tuh rasanya pengen pingsan gitu vick”ungkap Ramon
“ah lebay lo mon, alay”
“gue serius vick”
“jangan-jangan lo suka ama Arum ya?”
“nggak tau gue vick yang pasti gue jelous ngliat Bima deketin Arum”
“nggak salah lagi mon, udah lo tembak aja tu si Arum, beres kan”
“tapi Bima, dia kan juga suka sama Arum, gue nggak bisa seagresif dia lagian lo ama temen-temen lain pada ndukung Bima kan?”
“ya sih mon, lo kalah cepet sih ma Bima”
“Arum juga keliatannya ngrespon si Bima, kayaknya nggak ada kesempatan lagi buat gue”
“jangan sedih gitu dong sob, trus Natasya mau lo kemanain?”
“Natasya? Dia kan udah punya Andre vick”
“tapi lo masih sayang ma dia kan?”
“iya sih, gue nggak rela dia sama Andre, dia kan playboy. Tapi rasa sayang gue ke Anatasya pasti bakal ilang dengan kehadiran Arum vick”
“ya udah sob, lo usaha sebisa lo aja” Vicky menepuk pundak Ramon
“thanks sob”
***
Taman kompleks . 17:00
Awan jingga mulai menghiasi langit sore itu, matahari yang memancarkan sinar kuning kemerah-merahan sudah menggantung di ufuk barat bersiap meninggalkan bumi menuju peraduannya. Seorang cowok duduk di bawah pohon besar tengah taman kompleks sambil memegang sebuah buku.
“Ramon” panggil seorang cewek dari balik pohon
“Arum? Lo kok bisa ada disini?” Ramon terkejut melihat kehadiran Arum, dia merasakan getaran itu lagi
“tadi pas gue lewat gue liat tempat ini kayaknya enak buat baca novel”
“lo suka baca novel rum? Gue juga suka banget lo”
“ah yang bener mon? jarang-jarang lo ada cowok yang suka baca novel, eh lo pegang apaan tu mon?”
“old man and the sea”
“lo suka baca novel juga itu mon? gue juga suka lho, bagian mana yang paling lo suka?”
“halaman 8, segala yang ada padanya tampak lebih tua….”
“kecuali matanya” ucap Ramon dan Arum bersamaan. Mereka berduapun tertawa lepas. Senja itu adalah senja terindah bagi Ramon saat ia bisa melihat mata indah Arum dan mendengar tawa lepasnya, Ramon merasa lebih dekat dengan Arum saat mereka berbagi cerita tentang novel-novel yang mereka sukai.
***
Hari-hari pun berlalu. Bima masih meluncurkan sejuta jurus dam gombalannya untuk meluluhkan hati Arum. Ramon tetap diam-diam mengagumi Arum, memperhatikan paras cantik dan mata indahnya dari kejauhan, sesekali ia tak sengaja bertemu Arum di taman kompleks dan saling bercerita tentang kehidupan mereka. Andre yang selalu sibuk dengan Nastasya dan Vino,Vicky,Eza,Ian yang menikmati kebersamaan mereka dengan kegokilan yang tak pernah mati.
Kelas XI IPA 1, Jam istirahat. Ramon termenung sendiri di kelas. Sedetik kemudian dari balik pintu muncul Bima yang berjalan bergandengan dengan Arum, dibelakangnya ada Eza,Iyan,Vicky dan Dino yang membuntuti.
"mon lo rugi baget nggak ikut kita ke kantin, lo nggak bisa liat betapa so sweetnya gue nembak Arum" cerocos Bima, Ramon terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan Bima.
“gue sekarang resmi jadian sama Arum mon” lanjut Bima dengan senyum mengembang, Ramon sangat terkejut mendengar itu, dalam dadanya bergemuruh rasa marah,kecewa,sedih yang menyembul begitu saja. Vicky melihat Ramon prihatin. “sabar ya mon” batin Vicky.
***
Taman kompleks, 15:00
Sinar matahari masih cukup terik hari itu, rasa panasnya menyengat lebih panas bagi Ramon yang sore itu sudah duduk di bawah pohon besar seperti biasanya. Kata-kata Bima pagi tadi masih terngiang jelas di telinganya membuat hatinya semakin tersayat,sakit. ”gue sayang sama lo rum,tapi gue juga sayang sama sahabat gue Bima, untuk kedua kalinya gue harus relain cewek yang gue sayang jadian sama sahabat gue" batin Ramon
“hai mon, tumben jam segini udah nongol disini?”terdengar suara yang tak asing lagi
“hai Arum” Ramon tersenyum getir
“lo kenapa mon, kok kayaknya lagi sedih banget”
“gue nggak apa-apa kok rum, oh ya gue pulang dulu ya rum” Ramon bergegas pergi
“tapi kita kan belum ngobrol mon, kok udah mau pergi aja” Ramon tak menjawab, ia memegang kedua tangan Arum sambil berkata lirih
“Arum, gue pengen liat mata indah dan senyum manis lo setiap saat, walaupun gue nggak akan pernah , bisa milikin lo” Ramon pun beranjak meninggalkan Arum dalam kebingungannya
“Ramon…” panggil Arum, wajahnya menyiratkan bahwa ia butuh penjelasan apa maksud perkataan Ramon tadi, Ramon menoleh, menatap wajah Arum dalam, senyum tulus tersungging dibibirnya. Senyum penuh makna seakan ingin menyampaikan kata “Aku cinta kamu , Arum…”
THE END
“wah… anak baru ya bu? Meuni gelis pisan euy , mirip sama artis ibu kota yang di tipi-tipi” ucap seorang siswa yang bernama Bima, seisi kelas meneriaki dan menertawakannya.
“iya ini siswa baru pindahan dari Jakarta” jawab bu Erika sambil tersenyum simpul dan mempersilahkan siswi baru itu memperkenalkan diri.
“Hai temen-temen, perkenalkan nama saya Arum, saya pindahan dari SMA 25 Jakarta, senang bertemu kalian” paras cantik dan senyum manis gadis itu pastilah membuat cowok yang masih normal terpesona, termasuk Ramon yang sedari tadi menatap Arum tanpa berkedip, dia merasakan ada desiran lembut menelusup ke dalam hatinya, serasa ada aliran listrik sekian volt yang menjalar didadanya , Ramon bertanya-tanya dalam hati, semudah itukah ia jatuh cinta pada pandangan pertama setelah ia dicampakkan oleh seorang gadis?
“Arum , sekarang kamu bisa duduk dan berkenalan dengan teman-teman barumu, anak-anak ibu tinggal dulu ya, berhubung hari ini adalah hari pertama kalian masuk sebagai siswa kelas XI, jadi mungkin banyak mapel yang kosong ” Bu Erika pun berlalu meninggalkan siswa-siswinya yang bersorak gembira.
“neng Arum, sini neng duduk di samping mamang Bima” Bima berkoar lagi dengan nada rayunya yang khas.
“eh enak aja lo, trus gue musti duduk dimana, kira-kira dong kalo mau modus” protes Dino , teman sebangku Bima.
“udah Din, lo duduk di belakang aja, noh kursi samping Lilis masih kosong” pinta Bima sambil melirik sekilas bangku paling belakang yang diduduki cewek bertompel besar di pipi dan memakai kaca mata betty lavea dengan rambut kepang dua bernama Lilis. Dino melihat Lilis dengan bergidik ngeri.
“idih ogah, lo aja yang duduk situ”
“yah Din, nggak tau temen lagi usaha apa”
“bodo amat, tempat duduk gue ini udah gue kasih hak paten, nggak boleh di dudukin sama siapapun” Dengan iming-iming ditraktir makan seminggu oleh Bima, Vino akhirnya luluh juga, ia pun rela duduk sebangku dengan Lilis dan berusaha tidak memperdulikan teman-temannya yang terkekeh melihat tingkahnya yang sok ilfeel pada cewek culun itu .Sementara Bima mempersilahkan Arum duduk disampingnya dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Bima mengulurkan tangannya sesaat setelah Arum duduk.
“kenalin , nama gue Bima”
“gue Arum”mereka bersalaman. Bima tersenyum bahagia sambil merapikan kerah bajunya, di wajahnya terbersit ekspresi kepuasaan.
“Bima Bima… ada aja cara buat deketin cewek” celetuk Iyan yang duduk di depan Bisma
“yah elo yan , kaya nggak tahu Bima aja, dia kan selalu punya seribu satu macam cara buat deketin cewek” sambung Eza, temen sebangku Ian.
“brisik aja lo pada” sambar Bima sambil menoyor kepala Eza dan Iyan, kemudian ia kembali sibuk bercakap-cakap dengan Arum. Di bangku seberang, Ramon melihat Bima dengan muka ditekuk.
“kenapa lo mon, daritadi diem aja?” tegur Vicky,teman sebangku Ramon
“nggak kenapa-napa kok Vick” Ramon membuang muka dengan sedikit perasaan dongkol dan iri melihat kedekatan Arum dan Bima.
***
Bel tanda istirahat baru saja berdentang, para siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin ataupun koperasi sekolah.
“Arum yuk kita ke kantin bareng temen-temen se-geng gue” Ajak Bima
“emang temen se-geng lo siapa aja?” Tanya Arum. Belum sempat Bima memanggil sobat-sobatnya, mereka sudah berkumpul menggerubungi tempat duduk Arum.
“hai Arum, kenalan dulu dong, kita kan belum kenal” Sambar Andre dengan gayanya yang sok keren. Arum pun menjabat tangan Andre dan anggota geng Bima lainnya satu persatu. Mulai dari Dino, Eza, Iyan, Vicky dan terakhir Ramon. Saat Ramon menyentuh tangan lembut Arum seketika desiran lembut itu hadir kembali menelusup di kalbunya, ia menatap mata indah di depannya seksama, mata mereka beradu dan itu menumbulkan sensasi yang luar biasa di hati Ramon. Mereka berdua bersalaman lama.
“lama banget sih megangnya mon” Bima merebut tangan Arum dan menariknya menuju kantin sekolah.
Di kantin sekolah, Arum bersama ketujuh cowok yang berjuluk geng “seven max” itu sedang asyik ngobrol dan menyantap makanan masing-masing. Bima tetap saja meluncurkan rayuan dan perhatiannya pada Arum yang hanya menanggapi dengan senyum manisnya. Tiba-tiba seorang cewek berjalan menghampiri mereka. Dia berdiri di samping Andre, tangannya bergelayut mesra di pundaknya, lalu ia menggamit tangan Andre, mereka berduapun beranjak meninggalkan teman-temannya.
“mau kemana sih mereka” Tanya Vicky
“tauk tuh, kerjaannya berduaan mulu deh mereka” ucap Iyan
“Ramon diem aja dari tadi, lo cemburu ya mon?” serang Eza sambil melihat Ramon yang sok sibuk mengaduk-aduh gelas orange juice-nya
“ya iyalah, Ramon kan masih sayang sama Natasya” sambung Dino tak mau kalah
“apaan sih kalian, ngapain gue cemburu, dia kan cuma mantan gue, lagian gue udah rela kok dia jadian ama Andre” sangkal Ramon diplomatis
“wuu rela apa rela?” serbu mereka serentak, tawapun meledak seketika. Ramon pasang muka kesal.
Ya, dulu Ramon memang sempat berpacaran dengan Natasya yang sekarang statusnya sebagai pacar Andre, mereka sempat bertengkar karena Ramon tidak rela cewek yang masih dicintainya jatuh di pelukan cowok playboy seperti Andre. Tapi sekarang Ramon mencoba menerima kenyataan dan tidak mau mengorbankan persahabatan mereka karena seorang cewek.
***
Rumah Vicky, pukul 14:00
Seperti biasa geng “seven max” berkumpul sepulang sekolah.
“Andre kemana lagi nih, kok nggak nongol-nongol?” Tanya Ramon
“paling juga lagi jalan ama Natasya” jawab Eza
“neng Arum neng Arum, gelis pisan euy, abdi mah bogoh ka anjeun ” gumam si Bima sambil membayangkan wajah Arum
“anak satu ini lagi kesambet apa ya, emang lo beneran suka ma Arum bim?” Tanya Iyan yang tengah tiduran di sova sambil bermain game.
“ya iya lah bro, pake nanya lagi. Dia tu cewek kriteria gue banget, udah cakep, manis, giginya gingsul, punya lesung pipit lagi, behh mantap mamen”
“iya sih, dia emang cantik nggak kaya si tompel Lilis tuh” ucap Dino dengan muka ilfeel
“si Lilis tuh cocok kalo sama lo Din” kata Bima sambil tertawa terpingkal-pingkal, tawanya tak berhenti sampai Rangga menoyor kepalanya dengan keras.
“Ya udah bim, kalo lo emang beneran suka tembak aja sob” usul Vicky
“nggak semudah itu vick, gue harus melakukan pendekatan yang intens dulu baru di jedor” jawab Bima sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit akibat serangan Dino
“gue doain lo bisa jadian ama dia, kalo udah jadian jangan lupa makan-makan” ucap Dino
“Yoi kita dukung elo bim” sambung Iyan dan Eza serentak
Bima,Dino,Eza dan Iyan sudah bubar ke rumah masing-masing saat jam telah menunjukkan pukul empat sore. Menyisakan Ramon yang masih duduk di ruang tamu rumah Vicky.
“lo kenapa sih mon, dari tadi muka lo kusut mulu” tegur Vicky
“nggak apa kok vick, eh tau nggak tiap gue liat Arum hati gue tu rasanya bergetar, trus kalo liat matanya tuh rasanya pengen pingsan gitu vick”ungkap Ramon
“ah lebay lo mon, alay”
“gue serius vick”
“jangan-jangan lo suka ama Arum ya?”
“nggak tau gue vick yang pasti gue jelous ngliat Bima deketin Arum”
“nggak salah lagi mon, udah lo tembak aja tu si Arum, beres kan”
“tapi Bima, dia kan juga suka sama Arum, gue nggak bisa seagresif dia lagian lo ama temen-temen lain pada ndukung Bima kan?”
“ya sih mon, lo kalah cepet sih ma Bima”
“Arum juga keliatannya ngrespon si Bima, kayaknya nggak ada kesempatan lagi buat gue”
“jangan sedih gitu dong sob, trus Natasya mau lo kemanain?”
“Natasya? Dia kan udah punya Andre vick”
“tapi lo masih sayang ma dia kan?”
“iya sih, gue nggak rela dia sama Andre, dia kan playboy. Tapi rasa sayang gue ke Anatasya pasti bakal ilang dengan kehadiran Arum vick”
“ya udah sob, lo usaha sebisa lo aja” Vicky menepuk pundak Ramon
“thanks sob”
***
Taman kompleks . 17:00
Awan jingga mulai menghiasi langit sore itu, matahari yang memancarkan sinar kuning kemerah-merahan sudah menggantung di ufuk barat bersiap meninggalkan bumi menuju peraduannya. Seorang cowok duduk di bawah pohon besar tengah taman kompleks sambil memegang sebuah buku.
“Ramon” panggil seorang cewek dari balik pohon
“Arum? Lo kok bisa ada disini?” Ramon terkejut melihat kehadiran Arum, dia merasakan getaran itu lagi
“tadi pas gue lewat gue liat tempat ini kayaknya enak buat baca novel”
“lo suka baca novel rum? Gue juga suka banget lo”
“ah yang bener mon? jarang-jarang lo ada cowok yang suka baca novel, eh lo pegang apaan tu mon?”
“old man and the sea”
“lo suka baca novel juga itu mon? gue juga suka lho, bagian mana yang paling lo suka?”
“halaman 8, segala yang ada padanya tampak lebih tua….”
“kecuali matanya” ucap Ramon dan Arum bersamaan. Mereka berduapun tertawa lepas. Senja itu adalah senja terindah bagi Ramon saat ia bisa melihat mata indah Arum dan mendengar tawa lepasnya, Ramon merasa lebih dekat dengan Arum saat mereka berbagi cerita tentang novel-novel yang mereka sukai.
***
Hari-hari pun berlalu. Bima masih meluncurkan sejuta jurus dam gombalannya untuk meluluhkan hati Arum. Ramon tetap diam-diam mengagumi Arum, memperhatikan paras cantik dan mata indahnya dari kejauhan, sesekali ia tak sengaja bertemu Arum di taman kompleks dan saling bercerita tentang kehidupan mereka. Andre yang selalu sibuk dengan Nastasya dan Vino,Vicky,Eza,Ian yang menikmati kebersamaan mereka dengan kegokilan yang tak pernah mati.
Kelas XI IPA 1, Jam istirahat. Ramon termenung sendiri di kelas. Sedetik kemudian dari balik pintu muncul Bima yang berjalan bergandengan dengan Arum, dibelakangnya ada Eza,Iyan,Vicky dan Dino yang membuntuti.
"mon lo rugi baget nggak ikut kita ke kantin, lo nggak bisa liat betapa so sweetnya gue nembak Arum" cerocos Bima, Ramon terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan Bima.
“gue sekarang resmi jadian sama Arum mon” lanjut Bima dengan senyum mengembang, Ramon sangat terkejut mendengar itu, dalam dadanya bergemuruh rasa marah,kecewa,sedih yang menyembul begitu saja. Vicky melihat Ramon prihatin. “sabar ya mon” batin Vicky.
***
Taman kompleks, 15:00
Sinar matahari masih cukup terik hari itu, rasa panasnya menyengat lebih panas bagi Ramon yang sore itu sudah duduk di bawah pohon besar seperti biasanya. Kata-kata Bima pagi tadi masih terngiang jelas di telinganya membuat hatinya semakin tersayat,sakit. ”gue sayang sama lo rum,tapi gue juga sayang sama sahabat gue Bima, untuk kedua kalinya gue harus relain cewek yang gue sayang jadian sama sahabat gue" batin Ramon
“hai mon, tumben jam segini udah nongol disini?”terdengar suara yang tak asing lagi
“hai Arum” Ramon tersenyum getir
“lo kenapa mon, kok kayaknya lagi sedih banget”
“gue nggak apa-apa kok rum, oh ya gue pulang dulu ya rum” Ramon bergegas pergi
“tapi kita kan belum ngobrol mon, kok udah mau pergi aja” Ramon tak menjawab, ia memegang kedua tangan Arum sambil berkata lirih
“Arum, gue pengen liat mata indah dan senyum manis lo setiap saat, walaupun gue nggak akan pernah , bisa milikin lo” Ramon pun beranjak meninggalkan Arum dalam kebingungannya
“Ramon…” panggil Arum, wajahnya menyiratkan bahwa ia butuh penjelasan apa maksud perkataan Ramon tadi, Ramon menoleh, menatap wajah Arum dalam, senyum tulus tersungging dibibirnya. Senyum penuh makna seakan ingin menyampaikan kata “Aku cinta kamu , Arum…”
THE END
By: Nur Sausan
Bangsri - Jepara
bagus, menyentuh banget
ReplyDeleteThanks :)
Deletebagus san, lanjutkan :)
ReplyDeletemakasih, siap :)
Deleteinspirasinya dr mana nih?
Deletedari imajinasi aja si :)
Deletebagus , ceritanya menarik dan endingnya gak ketebak, good job :)
ReplyDeleteiya dong, thanks :)
Deletecerita pribadi ya :D bagus bagus
ReplyDeleteenggak kok :P yhanks :)
Deletecerita SMA banget , sip (y)
ReplyDeletelumayan . emang kamu berbakat nulis dari dulu
ReplyDelete