Wednesday, January 9, 2013

Your Kiss



This kiss is something I can’t resist, your lips are undeniable
This Kiss by Carly Rae Jepsen


Kedua alisku saling bertaut, menatap pria yang baru saja menghempaskan tubuhnya di hadapanku dengan heran. “Ehemm…” Aku berdeham pelan, mengatasi keheningan yang menyelimuti kami. “Jadi, apa keluhan Anda?” ucapku formal. Aku harus bersikap profesional. Bagaimana pun juga, posisi kami sekarang ini adalah dokter dan pasien.

“Banyak,” tegas pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dariku, membuatku merasakan desiran aneh di dadaku.

“Oke, baiklah. Bisa Anda jelaskan lebih spesifik, Tuan.” Aku menekankan kata ‘tuan’ untuk lebih menunjukkan sisi profesionalku.

“Saya memiliki seorang kekasih. Dia cantik, seperti Anda,” ujarnya seraya mengedikkan sebelah matanya, membuatku lagi-lagi merasakan sensasi aneh di dadaku. Kemudian dia melanjutkan, “Kami saling mencintai hanya saja, akhir-akhir ini hubungan kami sedikit merenggang karena kesibukan pekerjaan kami.” Mata pria itu terlihat sendu, membuatku mati-matian menahan diri agar tidak melompat ke dalam pelukannya, untuk menghiburnya.

“Maafkan saya, Tuan. Sayangnya, saya tidak bisa membantu karena saya adalah seorang internis bukan psikolog maupun dokter cinta.”

“Tak masalah. Anda bisa menjadi dokter cinta saya mulai sekarang.” Tiba-tiba pria itu menopangkan kepalanya di atas meja yang memisahkan jarak kami dengan kedua tangannya, menunjukkan senyumnya yang menggemaskan.
Aku menghela nafas pelan. “Berhentilah melakukan itu, Sayang,” ujarku mengakhiri permainan drama kami.

“Pulanglah. Ada banyak operasi yang harus aku tangani hari ini,” usirku.

“Hey! Aku juga pasien. Kau juga harus memeriksaku.”

“Sayang, aku mohon.”
Pria itu menggeleng beberapa kali. “Apa kau tak sadar jika kita hampir 1 minggu tak bertemu?” ujarnya.

“Asal kau tahu, aku sudah meninggalkan meeting di kantor hanya untuk bertemu denganmu hari ini.”

“Maafkan aku. Tapi untuk kali ini, aku mohon.” Aku menatap pria itu dengan wajah memelas.

“Baiklah.. Baiklah. Aku pergi!” ucapnya membuat bibirku segera mengembangkan seulas senyum, “Tapi setelah aku mendapatkan ciuman darimu, Dokter!”

“Tapi ini tem-”
Tempat umum. Itu yang ingin aku katakan padanya. Namun sayangnya aku kalah cepat dengan gerakan tangannya yang sudah meraih kepalaku dan mengeliminasi seluruh jarak kami. Hanya ciuman ringan awalnya tapi setelah dia mengetahui reaksi tubuhku yang sepertinya lebih dari perkiraannya, pria itu segera memperdalam ciumannya menjadi lumatan yang .. errr… sebaiknya tidak perlu aku deskripsikan. Dan aku sama sekali tidak bisa mengelak karena sejujurnya aku sangat merindukannya.

“Oh! Maafkan aku, Dokter! Aku akan kembali nanti.”
Suara seorang perawat membuatku tersentak kaget dan segera menghentikan aksi kami. Aku bahkan tak bisa mengatakan sepatah kata pun pada perawat itu yang sekarang telah menghilang dari balik pintu ruang ini. Aku mengacak rambutku dengan panik, kemudian mendelik kesal ke arah pria yang sekarang sedang tergelak di depanku itu. “Jika aku dipecat, aku akan akan membuat perhitungan denganmu!” tukasku seraya memperbaiki penampilanku yang berantakan karena ulah pria di depanku itu.

“Tenanglah! Jika kau dipecat, kau bisa menjadi dokter cinta pribadiku.”

“Ck..,” decakku seraya melangkahkan kaki keluar.

“Selamat bekerja, Sayang!”

Oh, God! Aku harus segera menemukan perawat itu. Segera. Jika tidak, aku harus bersiap-siap menjadi hot news di rumah sakit selama beberapa minggu ke depan.

END

By : Yohana Swithya
Panggang - Jepara



Artikel Terkait:

1 Comments
Tweets
Komentar FB

1 komentar :

  1. woaaaa....

    simple and sweet.
    really like this story!!!!

    ReplyDelete