Dari bawah naungan hijau pohon taman bermain itu . . .
aku mengenalmu . . . Saat ketika air langit jatuh basahi bumi ini di kala sore itu . . . Kamu . . . Ya . . . Kamu . . . Kamu yang bersepeda itu . . . |
|
Tak tau mengapa mata ini beralih pandangan ke kamu . . . Seperti ada gaya magnet yang sangat besar yang memaksaku . . . Memaksaku memandangimu . . . |
|
Hati ini lirih bertanya,
What's wrong with me? What am I doing here? Memandanginya? Mengapa terus memandanginya? Ku cari tau alasan untuk jawaban pertanyaan besarku . . . Diam . . . Sunyi . . . Hening . . . Dan hanya terdengar detik dan detik dari jam tanganku . . . |
|
Lalu kemudian . . . Ya . . . Ya . . . Aku tau . . . Aku tau alasan apa itu . . . Alasan besar yang mengalihkan pandanganku ke kamu . . . Ke kamu si pemilik tubuh jangkung itu . . . Ke kamu yang berkemeja merah itu . . . |
|
Mata itu . . .
Ternyata mata itu . . . Mata itu jawaban pertanyaanku . . . Alasan besar sebabku memandangimu . . . Hitam bening dan bulat . . . Dan ku temukan bangan diriku disana . . . Bayanganku dalam naungan pelangi . . . di matamu . . . |
By : Hana Rizki Ikhtiari
Ngadinegaran - Yogyakarta