Friday, January 25, 2013

Paintball Made In Bagas



Hari Jumat jelas merupakan hari yang mengasyikkan bagi Bagas, karena keesokan harinya Bagas pasti ingin menikmati hari libur sekolahnya. Biasanya setelah Bagas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal Bagas bersama teman-temannya merencanakan permainan yang ingin dimainkan hari Minggu.

“Di…aku punya kejutan untuk hari Minggu besok” kata Bagas
“Kejutan apa Gas, kamu kemarin hampir membuat kami ketakutan dengan percobaan membuat bom kertas” gerutu Faldi. Memang hari Minggu yang lalu mereka bereksperimen membuat bom dari kertas tapi Bagas kurang teliti dengan bahan yang ia gunakan.

“Baiklah besok setelah ekskul futsal aku ke rumahmu” kata Faldi
“Jangan lupa ajak sekalian Rayhan dan Adin.”kata Bagas
Siang hari itu langit nampak mendung, namun Faldi, Rayhan dan Adin tidak mempedulikan cuaca siang hari itu. Mereka dengan asyik mengayuh pedal sepeda masing-masing sambil bercengkerama dan sekali-kali mereka menaiki trotoar dengan gaya bersepeda masing-masing.

“Assalamualaikum, Bagas…Bagas…” serempak mereka mengucap salam ketika sampai di depan pagar rumah Bagas.
“Waalaikumsalam Eh…Rayhan, Faldi dan Adin. Sebentar ya Bagas mungkin ada di halaman belakang rumah” kata Ayah Bagas. “Ayo, boy…langsung aja ke halaman belakang. Aku lagi sibuk memilih bambu.” ajak Bagas kepada teman-temannya. Segera setelah mereka meletakkan sepedanya masing-masing mereka menuju ke belakang rumah Bagas yang masih asri dan banyak ditumbuhi barongan (deretan pohon bambu).
“Gas, kamu mau membuat apa dengan bambu-bambu ini ?” tanya Adin
“Gas, kamu mau membuat seruling ? lupakan aja, aku paling benci bermain seruling apalagi kalo disuruh bermain musik.” kata Rayhan
“Iya nih, … kamu membuat kami penasaran aja. Membuat apa sih … Gas?” tanya Faldi
“Tenang aja boy… kali ini pasti menyenangkan. Ayo bantu aku memilih bambu yang diameternya kecil lalu potong menjadi dua bagian dulu.” perintah Bagas.

Tak lama kemudian rintik-rintik hujan turun sehingga membuyarkan keasyikan keempat anak tersebut. Mereka lalu membawa semua bambu yang telah dipotong dan berpindah ke gudang yang atapnya lumayan dapat menaungi mereka di luar.

“Di… coba kamu bersihkan bambu-bambu ini dengan menyayat secara perlahan bagian luarnya. Hati-hati  menggunakan pisaunya” perintah Bagas. “Din…bantu Rayhan memasang potongan bambu kecil ke dalam gagang bambu yang agak besar itu” perintah Bagas “Oke,… Sir” jawab Adin.
“Gas, Koran-koran bekas ini mau diletakkan dimana, nak ?” terdengar suara Ayah Bagas
“Yah, korannya diletakkan di atas meja aja nanti Bagas dan teman-teman akan merendamnya dengan minyak jelantah (minyak goreng bekas).” Kata Bagas. Tak terasa 2 jam lebih berlalu mereka asik mengerjakan mainan itu. Dari jauh terdengar bunyi adzan Ashar. “Di, Han …kita berhenti dulu yuk, nanti setelah salat Asar kita lanjutkan lagi.” Kata Bagas.

“Ayo, nak shalat jamaah dulu” kata Ayah Bagas. Mereka lalu shalat jamaah bersama Ayah Bagas di dalam ruang mushala rumah Bagas. “Ayo makan dulu, nanti biar tidak sakit. Tadi ke rumah Bagas sudah ijin dengan ayah dan bunda” tanya Bunda Bagas yang sudah menyiapkan makanan setelah mereka selesai mengerjakan shalat Ashar. “Sudah Bu, kami sengaja janjian dan meminta ijin kepada ayah dan bunda.” Kata Faldi
“Wah, hebat sudah selesai…kalian mengerjakannya cepat sekali” kata Bagas
“Lho, Gas ini gunanya untuk apa. Kok kayak pipa penyemprot air” tanya Adin
“Iya, … sepintas mainan ini kurang menarik” kata Rayhan
“Eit… tunggu dulu. Kalian kan belum tahu. Ini yang namanya shotgun made in Jawa” kata Bagas. “Haaaa…shotgun…. mana kokangnya, mana pelurunya ?” tanya Faldi
“Bagini caranya, pertama kita buat pelurunya dari koran bekas yang sudah direndam dengan minyak jelantah dan dicampur dengan pewarna rhodamin yang merah. Ambil Koran bekas masukkan ke dalam lubang bambu yang panjang di bagian depan dan belakang. Lalu masukkan gagang bambu kecil yang ada pendorongnya itu. Dan … coba lihat bam…peluru koran bekas meluncur cepat”
“Wah, wah, wah …hebat sekali, mirip permaian counter strike yang sering aku mainkan di game komputerku. Hebat,… hebat kamu…Gas” Kata Adin.
“Iya nih, … tapi kenapa korannya diberi warna merah ?” tanya Faldi.  
 “Nah, itu kejutanku yang kedua. Besok kalian datang pagi-pagi ke rumahku lagi. Jangan lupa pinjam helm teropong milik ayah kalian dan bawa juga pelindung dada yang sering dipakai ayah kalian waktu naik motor.”
“Apalagi ni Gas, …. kamu jangan aneh-aneh dan membuat kami penasaran.” Kata Faldi. Sekali lagi mereka penasaran dibuat oleh tingkah laku Bagas. Mereka lalu pulang dengan penuh tanda tanya dan mereka tak sabar menunggu apa yang akan mereka kerjakan keesokan harinya.

Hari minggu yang cerah itu mereka berangkat lagi ke rumah Bagas sambil bersepeda mereka mengenakan helm teropong dan pelindung dada yang mereka pinjam dari ayah mereka masing-masing.
“Gas,  ayo kita bersepeda ke alun-alun sekarang  kan ada kampanye safety riding. Di sana ramai lho, …banyak pengendara sepeda motor mendapat brosur safety riding dari Pak Polisi.” Kata Rayhan. “Bukan itu maksudku…kalian aku suruh membawa helm dan peindung dada. Ayo ikut aku ke halaman belakang rumah.” kata Bagas.

“Waduh, …apa ini Gas? kok mirip arena balap aja” tanya Adin. Di halaman belakang rumah Bagas telah terlihat drum dan ban bekas yang tertata mirip track arena balap sepeda. “Bukan… kali ini kita akan bermain perang-perangan.” kata Bagas. “Maksudmu kita akan bermain perang-perangan seperti pinbal?” tanya Faldi
“Iya, kita akan bermain perang-perangan dengan senjata bambu kemarin yang kita buat dan peluru koran bekas yang telah kita rendam dengan minyak jelantah serta pewarna rhodamin. Nanti kita bagi regunya masing-masing. Aku dengan Rayhan sedangkan kamu Di ….dengan Adin.” kata Bagas. “Terus nanti yang menentukan kalah menang bagaimana?” tanya Adin. “musuh yang kena tembak nanti memberikan bekas warna merah dari peluru koran bekas, nah … itu dinyatakan sudah gugur. Regu yang anggotanya paling banyak gugur itu nanti yang dinyatakan kalah” kata Bagas.

“Wah, wah ….asik sekali permainan ini. Aku jadi tak sabar bermain dengan kalian.” kata Rayhan.
“Ayo,… serbu !“ teriak Adin
“Jangan menyerah….fire….fire…. attack!” teriak Bagas. Pletak….pletak….pletak, terdengar bunyi letupan senapan bambu. Tak lama kemudian tubuh mereka banyak bintik-bintik merah bekas tembakan yang diarahkan oleh teman-teman mereka sendiri. Mereka senang meski kalah atau menang dalam permainan tersebut. “Gas, masih kurang seru nih, minggu depan kita ajak teman-teman kita bermain perang-perangan lagi” pinta Faldi. “oke, Di ….minggu depan kita ajak mereka ke sini biar tambah seru” kata Bagas.

Hari telah menjelang sore mereka lalu pulang dengan perasaan puas dan senang bisa bermain bersama meski dengan peralatan ala kadarnya.

By : Rudi Ircham
Perum PPS - Gresik




Artikel Terkait:

0 Comments
Tweets
Komentar FB

0 komentar :

Post a Comment