Saturday, March 9, 2013

Agus 'n The Backboys (Falling in Leave)



Di sebuah kompleks perumahan di daerah Kapetakan, Cirebon. Di sanalah tinggal mahluk-mahluk yang unik dan ajaib. Diantara mahluk-mahluk itu ada sebuah geng, tapi kayaknya lebih tepat kalau di bilang kelompok, soalnya jaman sekarang yang namanya geng itukan identik sama kejahatan dan kebrutalan. Kalau mereka ini nggak, malahan mereka memiliki motto “Kebersihan adalah sebagian dari ketidakmungkinan”. Hehe..itu soalnya mereka emang jorok-jorok, suka buang sampah sembarangan, dan kadang kalo habis bab mereka lupa cebok. Tapi biarpun mereka jarang mandi dan gosok gigi mereka adalah anak-anak yang romantis dan patuh sama ortu kok, walaupun sering banget bikin onar. Mereka terkenal sebagai Agus en The Backboys (maksudnya sih Agus dan anak-anak belakang rumah).

Ketua kelompok ini adalah Agus Pranata, anaknya bapak Sugirwo yang menjabat sebagai ketua RT disitu. Biarpun dia menyandang gelar anak ketua RT itu nggak membuatnya jadi anak yang harus sok ja’im dan nggak jadi diri sendiri. Agus malah sudah terkenal sebagai biangnya onar di komplek situ. Bersama tiga orang sahabatnya yang tinggal di belakang rumahnya Joko, Ucay, dan Imdad. Mereka banyak melakukan hal gila yang nggak negatif tapi juga nggak postif setiap pulang sekolah, dari maen adu balap ngesot dari sekolah sampai rumah, hunting cewek di pinggir jalan tol_biarpun lebih sering ketemu mobil truk ngebut dibanding ketemu cewek, sampai yang namanya nyolongin mangga punyanya Pak Jamil

Nah..ceritanya kali ini mantannya si Agus yang namanya Resty itu kan udah punya cowok baru..yaitu cowok kelas sebelah, namanya Junot. Memang sih Junot jauh lebih cakep dari Agus. Tapi sikapnya pada Resty itu yang jauh dari kata cakep. Dia sering banget ngebentak-bentak Resty di sekolah, maunya menang sendiri dan yang paling jahat dia selalu nyuruh Resty buat ngerjain tugas-tugas sekolahnya. Kayak kali ini nih, di depan ruang lab. Kimia mereka terlihat sedang perang mulut.

“Udah deh Res. Nggak ada salahnyakan seorang cewek ngerjain tugas cowoknya?” Junot mengatakannya dengan nada yang sangat keras.
“Iya aku tahu. Tapi ini udah keterlaluan Not. Masa tiap hari aku harus ngerjain tugas kamu sih! Aku juga punya tugas sendiri tau.”
“Alah..nggak usah banyak alasan deh. Kamukan pinter makanya..”
Sebelum Junot menyelesaikan kata-katanya itu Resty keburu pergi meninggalkannya.
“Resty..Res gue belum selesai!” Junot membentaknya tapi Resty terus menjauh. Semua siswa yang ada disitupun mulai menjauh takut mereka yang jadi sasaran kemarahan si Junot yang terkenal jago taekwondo. Dan diantara siswa yang melihat kejadian itu terselip juga si Agus yang kebetulan lewat.
“Hemh..kenapa yah ada aja orang yang nggak ngehargain apa yang dia punya. Padahal ada orang lain yang kepingin banget memiliki yang dia punya.” Kata Agus sambil geleng-geleng kepala.

Agus mengikuti Resty dari jauh. Lalu saat Resty berhenti di lorong belakang sekolah yang sepi dia mendekatinya. Restypun terlihat agak menangis.

Dengan noraknya Agus malah memberikan pantun jenakanya yang dulu pernah dia buat di sd.
“Buah kelapa di lindes bis, kenapa nangis?” Rupanya Resty nggak menyadari kedatangan Agus.
“Eng..enggak..”
Agus tersenyum getir melihatnya.
“Pake nih.” Agus memberikan tisu miliknya. Resty mengambilnya dengan agak malu-malu.
“Makasih.” Pelan sekali suaranya.
“Agus liat kamu sering banget berantem sama dia.” Tapi Resty nggak menjawab pertanyaannya itu.
“Hemh..Bagus juga sih. Jadi pacaran kalian nggak cuma hepi-hepinya ajakan.”
“Apanya yang bagus! Dia itu jahat dia itu nggak sayang sama aku!” Tiba-tiba Resty berteriak.
“Sori Agus nggak bisa ngapa-ngapain.” Lalu Agus pergi meninggalkan Resty. Namun sebelum Agus benar-benar menghilang di ujung lorong Resty memanggilnya.
“Gus…makasih.” Dan Agus hanya membalasnya dengan senyuman.

Dan sorenya waktu Resty lagi nyantai di kamarnya, Inah pembantunya masuk dan memberikan sebuah surat untuknya.
“Non, ini ada surat.”
“Haah? Surat dari siapa Nah?”
“Nggak tau tadi baru aja ada cowok dateng terus nitipin surat ini buat non.”
“Dia ada dimana?”
“Dia udah pergi lagi non.”
“Udah pergi? Hemh..yaudah deh Nah. Makasih ya.”

Resty membuka surat itu. Awalnya dia jutek karena berpikir surat itu dari Junot tapi saat dia membacanya..dia mulai tersenyum-senyum sendiri.
Hai..Res. Ini aku kang mas Agus.hehe…gue mau ngomong sesuatu dong sama kamu. Ini penting banget Res..ini antara Hidup dan Ngutang. Ah..nggak kok. Pokoknya ku tunggu kamu besok  di warung bu Nenden yang deket rumah kamu itu. Jam empat sore. Tanggal 1 April 2008. Kutunggu jandamu..eh..maksudnya kutunggu kedatanganmu. Oke Bye..

Resty terus tersenyum dia mulai mengingat kembali wajah Agus.. dilipatnya surat itu lalu sambil tiduran dia terus memegangnya. Reni mulai merasakan kangen pada mantannya yang agak kumel itu dan tanpa sadar dia meneteskan sebuah air mata.

Besoknya sejak jam empat kurang Resty sudah sten bay di sana. Tapi yang di tunggu malah nggak datang-datang sampai jam lima sore begini. Resty sendiri udah abis dua gelas jus alpuket coba. Resty mulai kesel sendiri dan akhirnya dia menyadari sesuatu.

“Tanggal 1 April? Inikan berarti April mop. Goblok kenapa aku bisa ditipu gini sih sama Agus..tapi agus kok tega banget sih, dia kok bisa-bisanya mainin perasaanku kayak gini. Biarpun April mop tapi kalau masalah perasaan kayak gini aku juga nggak rela! Dasar Agus sialaaan.” Pikir Resty dalam hati. Lalu saat Resty akan berdiri dan pergi, Agus yang sudah menyamar menjadi seorang pengamen sambil membawa gitar yang boleh pinjem dari Imdad, lengkap juga sama topi dan kacamata hitamnya.

“Misi mbak..boleh saya nyanyiin lagunya Andra and The BackBone yang judulnya Main Tali?”
“Mas ada juga judulnya Main Hati gimana sih jadi pengamen kok nggak tahu lagu? Dasar..” Resty yang lagi kesel melampiaskan marahnya pada Agus yang sedang menyamar itu.

“Lagi marah gara-gara orang yang di tunggu nggak dateng ya?”
Resty langsung meliriknya begitu mendengar perkataan Agus tadi dan memperhatikan wajahnya dengan teliti.

“Agus?!” Tebaknya. Agus lalu membuka kacamata dan topinya dan dengan pede memperlihatkan senyum kambingnya yang berhiaskan gigi kuning yang jarang dia sikat.

“Happy April mop Res..”
“Aah..sialan kamu Gus. Bikin aku kesel aja sih.” Resty memukul dada Agus pelan sambil tersenyum senang.
“Hehe..sori sori..duduk lagi yuk.” Merekapun kembali lagi duduk di tempat Resty tadi.
“Mainin dong gitarnya Gus.”
“Mau lagu apa?”
“EGP-nya duo MAIA dong.”
“Ooh..Engkong Gue Panuan itu?”
“Yee..dasar kamu..hehe..”
“Res aku bakal lakuin apapun buat kamu asal kamu nggak sedih. Walau harus jadi cowok romantis kayak begini. Hihi..” Agus berkata dalam hatinya sendiri. Dan sejak itu mereka mulai dekat lagi walaupun cuma sebagai teman.

Tapi yang lagi fall in love bukan cuma Agus sendiri. Ucay yang orangnya ceking dan tinggi sehingga mirip dengan tiang listrik itu akhirnya punya pacar juga setelah enam belas tahun men-jomblo alias baru pertama kalinya dia punya pacar. Maklumlah cewek mana juga yang mau sama dia udah bodinya nggak proposional, keuangan juga cekak mulu. Tapi akhirnya ada seorang cewek baik hati yang mau menerimanya setelah Ucay menyatakan cintanya yang ke 1001 kali namun selalu di tolak oleh semua cewek.

Dia adalah Lita cewek yang dia temui di pinggir jalan tol. Nah kok bisa? Begini nih ceritanya. Waktu itu Ucay lagi hunting sendirian di jalan tol soalnya yang lain lagi pada sibuk jalan-jalan ke pulau kapuk alias bobo siang. Ucay yang nggak berhenti berharap untuk menemukan cintanya itu terus nongkrong di pinggiran jalan tol. Tiba-tiba setelah lama dia bertapa sebuah mobil tiba-tiba mogok di dekatnya. Lalu saat melihat Lita yang masih berseragam sma turun dari mobil, Ucay spontan langsung mendekatinya.

“Hei..kenapa nih mobilnya mogok ya?” Tanya Ucay sambil memasang muka seunik mungkin, habis dia nggak mungkin bisa masang muka cakep sih.
“Waa..tolong ada Rampok!”
“Eh..bukan saya cuma kebetulan lewat aja kok! Lagian masa muka cakep gini mau ngerampok.”
“Kalo bukan rampok berarti..setan?”
“Buseet..ya oranglah! Kebetulan saya lumayan bisa ngebetulin mobil yang lagi mogok gitu deh. Kalo mau bisa gue bantu gitu..”
“Ooh..habisnya mana ada sih orang yang jalan-jalan di jalan tol kayak gini. Tolong deh mas.” Lita terlihat sudah tidak takut lagi.
“Aduuh..jangan panggil mas dong. Saya juga masih SMA kok, panggil aa’ ajah.” Lalu dengan gaya sok tahunya Ucay mengotak-atik mesin mobil. Untungnya tuh mobil bisa jalan juga, dan setelah itu mereka kenalan Ucay juga nggak lupa meminta nomor hape Lita. Mereka jadi sering sms-an, teleponan dan ketemuan sampai akhirnya bisa jadian kayak sekarang.

Terus ceritanya setelah satu minggu jadian, di malem minggu besok Ucay bakal nge-date. Mereka janjian ketemuan di bioskop 31 jam delapan nanti. Ucay sendiri udah sibuk minjem celana jins ke Agus, baju dari Joko, Sepatu warna pelanginya si Imdad, dia juga sampai minjem kolor punya tetangga sebelah yang dia ambil sendiri dari tiang jemuran tanpa izin lebih dulu alias nyolong.

Sejak pulang sekolah tadi dia terus saja dandan di kamarnya sampai mandi empat kali malah. Jarum jam baru nunjukin pukul setengah enam tapi Ucay udah rapih dan nggak lupa dia minjem parfum adeknya yang gambar boneka berbi itu. Di semprotnya seluruh badan terutama ketek dan mulutnya sampai hampir abis satu botol. Pas dia lagi ngaca ibunya manggil-manggil.

“Cay! Ucaaay!”
“Iyaa Ma? Ada apaan!”
“Timbain air gih buat bapak mandi.”
“Ya ampuun Ma. Udah rapih en wangi gini masa di suruh nimba sumur sih? Emang pompa airnya rusak lagi?”
“Iya noh..makanya kamu nimba dulu sana. Lagian kamu mau kemana sih Cay. Tumben banget rapih begini?”
“Malem mingguan Mah. Biasa anak muda. Makanya suruh ayah nimba sendiri aja yah.”

Tapi ibunya nggak mau ngertiin dia sama sekali. Malah dia dapet nasihat soal anak yang harus berbakti pada orang tuanya. Maka terpaksa Ucay harus nimba air dulu. Habis itu dia disuruh masukin ayam-ayam peliharaan ayahnya dulu lagi, dan lain-lainnya. Hasilnya semua dandanannya ancur bahkan baunya juga udah jadi bau tahi ayam. Ucay-pun mandi lagi dan harus dandan lagi.

Sampai akhirnya jam tujuh lebih lima menit dia berangkat dari rumah. Berbekal uang yang dia dapat dari hasil mecahin celengan ayam kesayangannya Ucay melangkah dengan pasti memasuki angkot. Dia duduk sendirian di depan supaya dia nggak berdesak-desakan dengan penumpang lain dan supaya dandanannya yang udah klimis itu nggak ancur lagi.

Tapi sial jalanan malam ini macet soalnya di depan sana ada kecelakaan. Hasilnya Ucaypun harus rela menunggu lama dalam kemacetan itu. Daripada suntuk nunggu macet dia membayangkan Lita dan dirinya yang sedang asik nonton film di bioskop. Gelap-gelapan..pegangan tangan, pelukan, cipika-cipikian sampai akhirnya… nggak terasa dia tertidur. Angkotpun terus berjalan sampai akhirnya lolos dari kemacetan dan terus saja berjalan. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Si supir yang heran kenapa mahluk di sebelahnya nggak juga turun mencoba membangunkannya.

“Mas..mas..” Dicoleknya bahu si Ucay.
“Uaahemh..udah sampe ya pak?” Tanya Ucay dalam keadaan yang belum sadar.
“Emang mas mau kemana sih? Ini malah udah balik lagi ke tempat mas naik tadi loh.”
“Haaah! Udah muter lagi? Ya ampuun.” Ucay melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah sepuluh kurang.
“Pak..ngebut dong ke bioskop 31 yang ada di jalan Cibaduyut. Saya bayar dua puluh ribu deh pak.”
“Ehm..kalo tiga puluh oke deh.”
“Yaudah cepetan Pak.”

Pak supirpun tancap gas sekencang-kencangnya kebetulan nggak ada penumpang lain dan kemacetan tadipun sudah hilang. Dan kurang lebih dua puluh menit kemudian Ucay sudah sampai di bioskop 31. Tapi Lita sudah nggak terlihat lagi walaupun Ucay udah ngubek-ngubek semua tempat di bioskop itu. Kencannya malam itupun gagal. Ucay mencoba menelepon dan meng-sms Lita tapi nggak ada balasan. Ucaypun pulang dengan kecewa dan tangan kosong.

Besoknya Lita nelepon dia dan meminta putus alasannya karena dia paling nggak suka sama cowok yang doyan ngaret. Semua penjelasan Ucay juga percuma Lita udah terlanjur marah besar. Dan akhirnya cerita cintanya dengan si Lita itu berakhir tanpa hepi ending. Dasar nasib apes sekalinya dapet pacar langsung putus dalam seminggu. Why do you leave me? Hanya itu yang bisa Ucay katakan sambil terus nangis bebek.

By : Zulfikar Habiburrahman
Cirebon



Artikel Terkait:

0 Comments
Tweets
Komentar FB

0 komentar :

Post a Comment