Friday, March 8, 2013

Di Waktu Yang Tepat



Aku terpaku menatap dirinya. Sungguh tak ku sangka dia sudah memiliki kekasih. Lalu bagaimana dengan hatiku. Bagaimana dengan aku yang sudah terlanjur mencintainya. Aku yang sudah terlanjur menantikannya.
Rinka membuyarkan lamunanku,”Sorry ya, loe lama banget ya nunggunya.”
“Eh, enggak kok. Nggak apa-apa.”
“Lena,Lena,gue kan udah bilang lupain deh,tuh cowok. Masih banyak cowok di luar sana. Loe mesti realistis, buat apa loe nunggu cowok yang gak pernah kasih loe harapan, sementara banyak cowok yang udah nyatain cintanya sama loe. Mereka bahkan udah ngelakuin banyak hal biar mereka bisa buat loe jatuh cinta sama mereka. Lagi pula, loe lihat sendiri kan, dia udah punya cewek.” Rinka berbicara panjang lebar setelah sadar pandangan sahabatnya itu tertuju pada seorang cowok yang berjalan berdampingan dengan seorang cewek.

“Kalo cinta emang segampang itu, udah dari dulu gue nerima cowok yang nembak gue. Tapi cinta gak hanya datang karena sesuatu yang udah orang itu kasih buat loe. Bahkan bisa aja loe suka sama dia tanapa loe tahu apa yang bikin loe suka sama dia.”
“Jadi, karena menurut loe cinta itu gak gampang, loe mau jadiin ini percobaan yang bahkan sekarang udah nyakitin hati loe?”
“Percobaan?”
“Iya, percobaan untuk mencari cinta yang bener-bener sejati.”
“Gue gak tahu. Yang gue tahu, gue udah terlanjur jatuh cinta sama dia.”

Sabtu, 22 Desember 2012
dear diary,

hari ini aku baru tau bahwa aku sangat menyukainya. aku baru saja mengerti seberapa dalam aku jatuh hati padanya.
Tuhan, rasanya sangat sakit melihat dia berdampingan dengan wanita lain. sudah terlampau jauh aku mengharapkannya.
Tuhan, bantu aku menghadapinya esok hari. aku tak kan sanggup bertemu dengannya, sementara hatiku sangat sakit. tapi, aku tak mungkin menghindarinya, sementara aku juga sangat merindukannya.

Hari pertama di kelas 8. Semua anak terlihat bersemangat memulai hari mereka dikelas yang baru. Mulai mengenal anak-anak yang sebelumnya belum mereka kenal. Begitu pun dengan Helena, ia juga tak kalah bersemangat. Ia buka tipe anak yang akan menjadi uring-uringan karena suatu masalah. Ia tahu kapan ia harus memikirkan masalahnya dan kapan ia harus fokus pada sekolah dan kegiatan lainnya.
Helena dan Rinka memasuki kelas baru mereka. Ya, sekarang mereka kembali berada di satu kelas yang sama. Baru saja mereka akan meletakkan tas mereka, ada sesesuatu yang membuat mereka terhenyak. Bukan, bukan sesesuatu tapi seseorang.

“Dia satu kelas sama kita, kok loe gak ngomong sama gue?”
“Mana gue tahu, Len. Kan gue gak tahu nama lengkapnya siapa. Lagian di angkatan kita kan, ada 3 yang namanya Julian.” jawab Rinka sambil setengah berbisik.
Sekarang, hari-hari di sekolah akan terasa lebih berat bagi Helena. Ia bahkan satu kelas dengan cowok yang dia suka. Harusnya itu cukup menyenangkan bagi Helena, tapi tidak setelah dia tahu bahwa Julian sudah punya pacar. Yang lebih parah lagi, Julian duduk tepat di belakang bangku Helena dan Rinka.
Bel berbunyi, sudah waktunya untuk upacara. Semua siswa berhamburan menuju lapangan. Mereka berbaris dengan tertib dan rapi.
“Len, gue ada oleh-oleh buat loe. Ntar ingetin ya, gue takut lupa.” ujar Nandito yang berada di belakang Helena
“Gimana sih loe, masa gue minta oleh-oleh ke cowok.” balas Helena sambil setengah menoleh ke arah belakang
“Lho, yang bilang loe minta oleh-oleh ke gue siapa? Kan gue emang mau ngasih, Cuma loe kan tau sendiri kalo gue itu pelupa banget.”
“Tetep aja kesannya gue yang minta.”
“ Ya udah, kalo gitu loe aja Jul, yang ngingetin gue.” akhirnya Nandito minta tolong pada Julian yang berada disebelahnya.

Helena dan Nandito memang bersahabat sejak kecil. Orang tua mereka bersahabat, mereka pun jadi, sering bermain bersama-sama dan akhirnya bersahabat hingga sekarang. Setiap pergi keluar kota, Nandito selalu membawa oleh-oleh untuk Helena. Begitu pun sebaliknya.

“Nah, anak-anak ibu sudah menjelaskan sedikit tentang materi yang akan kita bahas. Untuk pengembangannya, ibu akan memberi tugas kelompok pada kalian. Sekarang, ibu akan membagi kelompoknya.”

Bu Kristin pun sibuk membagi anak-anak kedalam kelompok. Semua murid mendengarkan dengan seksama. Takut kalau-kalau nama mereka terlewat. Kelompok 1,2,3,4.....nama Helena tidak juga disebut. Bu Kristin mulai menyebutkan nama-nama siswa dikelompok 5.
”Kelompok  5, Helena,Julian,Rinka.....”

Helena tidak lagi mendengar nama-nama berikutnya. Ia terlalu senang berada dalam satu kelompok dengan Julian. Cowok yang mencuri hatinya, sekaligus sudah menyakiti hatinya. Untung Rinka sudah mencatat nama anggota yang lain sekaligus materi yang diberikan.

“Len, kamu gak lupa sama yang kejadian waktu itu kan?” seketika Helena langsung sadar, ia kembali teringat dengan kejadian yang sukses membuatnya termehek-mehek.

Rinka sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati sahabatnya itu. Sudah 8 tahun mereka bersahabat, sejak mereka masih kelas 1 SD. Karena itulah, ia berusaha membuat Helena sadar pada realita yang sedang dihadapinya. Kenyataan bahwa  Julian sudah punya pacar.

“Halo,Lena, jadi kan kerja kelompoknya, kamu berangkat jam berapa?”
“Iya, Rin jadi. Habis latihan modelling gue langsung ke sana. Jam 15.00.”
“Oh iya,ya. Loe ada latihan modelling, gue lupa.” ucap Rinka dengan nada kecewa
“Tenang aja, ntar gue jemput loe. Mana mungkin gue biarin sahabat gue naik taksi.”
“Emangnya gak kejauhan ya? Kalo loe repot, gak apa-apa kok gue naik taksi.”
”Gue gak repot kok, apa sih yang gak buat loe. Pokoknya ntar loe tunggu gue ya, gue jemput loe.”
Akhirnya,Helena dan Rinka sampai di rumah Dina. Kebetulan, Dina juga sudah menunggu di luar.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam. Kamu habis latihan modelling ya?”
Seketika, Helena melihat pada sepatu yang dipakainya. Ia baru sadar kalau dia masih memakai high heels.
“He he he, iya. Padahal tadi aku mau pinjam sepatunya Rinka.”
“Emang kenapa kalau kamu pake itu, kan kamu emang model.”
“Udah ah, gak usah bahas itu. Kita kan mau kerja kelompok.”

Tanpa disadari, sepasang mata sedari tadi fokus memperhatikan Helena.
Semua anggota kelompok sudah hadir. Tapi, seperti biasa, mereka tidak segera mengerjakan tugas. Mereka sibuk bergurau dan bermain-main. Mereka juga sibuk menyikat jajanan yang ada di meja.
Waktu terus berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tapi, mereka belum menyelesaikan tugas mereka, padahal mereka sudah berkumpul sejak pukul 15.00. Tiba-tiba terdengar lagu My Heart milik Acha Septriasa dan Irwansyah. Itu suara ponsel Helena, tanda ada SMS masuk.
Begitu selesai membaca SMS, raut muka Helena sedikit berubah. Rinka yang sedari tadi sudah memperhatikan sahabatnya itu, langsung berbicara pada Dina, si ketua kelompok.
“Dina, Helena udah disuruh pulang, nih.”
“Oh, ya udah. Gak apa-apa kok, lagi pula ini juga udah hampir selesai.”
“Aku juga sekalian ikut pulang, ya? Aku kan mesti nebeng pulangnya.”
“Iya. Kalo gitu hati-hati ya.”
Lagi-lagi ada sepasang mata yang fokus menatap Helena. Dalam sorot mata itu, ada sinar kekecewaan. Tanpa sengaja, Helena juga menatap pada sepasang mata itu. Beberapa detik lamanya kedua pasang mata itu saling beradu pandang.

Kini, Helena dilanda rasa bingung. Kejadian tadi sukses membuat hatinya serasa mau meledak. Ia merasa mendapatkan jawaban atas penantiannya selama ini.
Ah, nggak mungkin. Julian kan belum putus sama Niken. Walaupun gue suka banget sama Julian, tapi gue juga gak mau jadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Sadar, sadar Helena, Julian itu udah punya pacar. Masa kamu mau ngerebut pacarnya temen kamu,sih?

Helena berbicara sendiri dalam hatinya. Ia terus berusaha meyakinkan bahwa kejadian tadi tidak berarti apa pun. Semua itu hanya harapannya sendiri.
“Len, kamu kenapa sih, dari tadi kok diam aja?”
“Eh, nggak. Gak apa-apa kok, cuma konsentrasi nyetir aja. Masa nyetir sambil ngobrol, ntar kalo kenapa-napa gimana?” Helena tersadar dari lamunannya. Untung saja Rinka segera bicara padanya. Kalo tidak, mungkin ia sudah benar-benar tidak memperhatikan jalan lagi.
“Oh, iya juga sih.”

Minggu, 13 Januari 2013
dear diary,
ini fakta yang sebenarnya. Julian udah punya pacar. Dan harapan gue udah bener-bener hancur sejak gue ngelihat dia sama Niken.
tapi, kenapa, kenapa tadi dia ngelihat gue dengan tatapan yang kayak gitu? Please Juli, jangan buat gue semakin nunggu loe. Gue akuin, gue emang masih belum bisa ngelepasin loe seutuhnya. Tapi gue tau kok, kalo loe udah jadi miliknya Niken. Dan gue gak akan ngerebut loe dari dia.
tapi kalo loe ngelihat gue kayak gitu, gue jadi bingung. Gue jadi berharap lagi sama loe. Jadi, please jangan lakuin sesuatu yang bikin gue makin susah buat ngelepasin loe
Tuhan, seandainya bukan dia yang Kau pilihkan untukku, jangan biarkan aku untuk terus mengharapkannya. Mohon tunjukkan padaku, apa yang sebenarnya dia rasakan. Jangan biarkan hamba menyakiti perasaan orang lain.

Waktu terus berjalan. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada rutinitas Helena. Ia masih sibuk dengan sekolahnya dan juga profesinya sebagai model. Helena dulu adalah anak yang tomboy, karena itu mamanya memasukkan Helena ke sekolah modelling, agar putrinya itu dapat belajar kepribadian dan tidak bersikap terlalu tomboy. Sekarang, Helena benar-benar sudah jatuh hati pada dunia modelling. Ia pun sudah mendapat banyak tawaran untuk fashion show dan pemotretan.

Satu tahun telah berlalu. Kini, sudah waktunya kenaikan kelas. Waktu terasa berjalan begitu cepat bagi Helena. Hari ini, para orang tua akan mengambil rapor putra-putrinya. Sementara para siswa mengadakan pentas seni dalam rangka evaluasi ekstrakurikuler. Hiruk-pikuk pun terdengar di seluruh wilayah SMPN 73 Jakarta.

Helena menyusuri koridor dengan harap-harap cemas. Ia tidak mempedulikan beberapa orang anak yang terlihat sangat sibuk wira-wiri disekitarnya. Mereka begitu sibuk mempersiapkan penampilan mereka. Tiba-tiba, seorang anak menarik tangan Helena.
“Len, kamu mau kemana? Bentar lagi kan mau tampil.”
“Aku mau lihat pembagian kelas dulu, habis itu aku langsung ke backstage.”
“Oh, ya udah, cepetan ya?” ucap Fira sambil berlalu meninggalkan Helena.

Helena sudah berada di depan mading. Anak-anak lain masih sibuk menyaksikan pentas seni, jadi Helena bisa melihat pengumuman pembagian kelas dengan leluasa. Helena tidak butuh waktu lama untuk menemukan namanya. 9B. Absen no.16.Helena Putri Triawan Negara. Ia melihat daftar nama berikutnya. Raut kecewa tergambar diparas cantiknya. Dia tidak menemukan nama Julian Anggara Putra tertera dideretan siswa yang masuk di kelas 9B. Itu artinya ia tidak akan satu kelas lagi dengan cowok yang telah merebut hatinya.

“Len, gue cari dari tadi. Ayo buruan ke backstage, bentar lagi waktunya fashion show.” Sandi menarik tangan Helena, membawanya menjauh dari papan mading. Untunglah Sandi datang dan segera membawa Helena pergi. Memang itulah yang diinginkan Helena, segera menjauh dari papan mading.
Tidak lama kemudian, seorang cowok berjalan menuju papan mading. Sama seperti Helena, raut wajahnya sangat gelisah. Ia juga terlihat sangat tergesa-gesa. Beberapa saat kemudian, kekecewaan terpancar dari wajahnya. 9E. Absen no.20.Julian Anggara Putra.
Di backstage...

Helena dan teman-temannya sudah siap untuk tampil. MC masih terdengar berbicara untuk membuka penampilan fashion show Helena dan teman-temannya. Beberapa saat kemudian, Helena dan siswa-siswi yang mengikuti ekskul modelling pun berlenggak-lenggok di atas panggung.
Dari arah samping panggung, sepasang mata fokus hanya melihat pada Helena. Hingga seseorang menepuk pundaknya.

“Jul, ayo ke sana! Loe mesti ngecek micnya.” Nandito melihat Julian yang fokus menyaksikan penampilan seseorang, ia pun kembali berujar,”Habis ini loe langsung ke backstage ya, kan bentar lagi loe tampil?” sebagai sahabat,Nandito tahu bahwa sahabatnya, Julian telah menaruh hati pada Helena. Dan sebagai sahabat Helena, Nandito juga tahu bahwa Helena juga memiliki perasaan yang sama pada Julian. Tapi, ia tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan sahabat-sahabatnya itu.
Fashion show telah selesai. Helena dan teman-temannya, satu per satu turun dari panggung. Sementara Julian juga telah berada di backstage.
“Dance ya, kapan tampilnya?” tanya Helena pada Lia
“Iya, Len. Bentar lagi, habis band.”
“Sukses ya!”
“Thanks ya, loe tadi juga keren banget tampilnya. Gue selalu suka lihat loe modelling. Loe juga harus lihat penampilan gue”
“Bisa aja, loe. Thanks ya! Iya gue stay tuned di sini kok, tenang aja.”
Sementara itu, tak jauh dari tempat Helena dan Lia berbincang, Hendra yang juga baru saja selesai tampil modelling, menghampiri Julian. Mereka terlibat sebuah perbincangan yang tak jauh berbeda dari perbincangan Helena dan Lia.
“Eh, Jul, mau tampil ya?”
“Iya, habis band.”
“By the way, loe beneran putus sama Niken?”
“Ah, kepo banget sih, loe? Iya gue putus sama Niken.”
Tanpa sadar seketika Helena tersenyum tipis mendengar percakapan itu. Untung saja ia segera tersadar,sebelum seseorang sempat melihatnya.

Liburan semester selama 3 minggu telah selesai. Kini, waktunya kembali pada rutinitas sekolah. Siswa-siswi kelas 3 sibuk mempersiapkan Ujian Akhir Nasional. Mereka mendapatkan banyak latihan soal. Mereka juga harus mempersiapkan ujian praktek.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Murid-murid kelas 3 bergegas menuju aula sekolah. Mereka  akan mengadakan shalat Dzuhur berjamaah sekaligus istighozah, memohon kelancaran dan kemudahan dalam Ujian Akhir Nasional. Mereka memang melakukannya setiap hari.

“Nah, anak-anak kalian harus benar-benar serius mempersiapkan Ujian Nasional. Kalian harus belajar dengan tekun. Dan tidak hanya belajar saja, kalian juga harus berdoa pada Allah, memohon semoga diberi kemudahan sehingga bisa dapat nilai yang memuaskan. Jangan sampai kalian sekarang bersantai-santai, kemudian nanti kalian menyesal karena tidak mendapatkan nilai sesuai dengan yang kalian harapkan. Jangan sibuk pacaran terus, kan dalam Islam pacaran itu tidak ada.” ucap pak Saefullah memberi sedikit wejangan pada anak-anak didiknya.

Shalat Dzuhur berjamaah dan istighozah telah selesai. Anak-anak sudah diperbolehkan untuk pulang. Mereka pun bergegas kembali ke dalam kelas dan bersiap-siap untuk pulang.
Helena masih terngiang-ngiang pada ucapan pak Saefullah, kan dalam Islam pacaran itu tidak ada. Ya benar, begitulah pula yang ia tahu selama ini.

Tuhan, seandainya jalan ini membuat hamba berada di jalan-Mu, hamba tidak akan berat bila hamba harus melepaskannya.

Bila hamba harus menunggu dia diwaktu yang terbaik menurut Engkau, hamba akan menunggunya, seandainya memang dia adalah takdir hamba. Namun, jika bukan dia, hamba tidak akan kecewa. Karena hamba yakin, Engkau telah menggariskan apa-apa yang terbaik untuk hamba. Mohon, bimbinglah hamba agar tetap dijalan-Mu.

Di tempat yang lain, sama halnya dengan Helena, Julian juga memikirkan kata-kata pak Saefullah. Ia tahu bahwa itu benar. Ia pernah membaca sebuah artikel di internet. Bahwa, pacaran memang tidak ada dalam Islam. Karena, seorang laki dan perempuan yang terikat dalam hubungan pacaran itu belumlah menjadi muhrim. Kita harus menjauhi pacaran sebab setan akan terus menggoda kita untuk berbuat maksiat, ia akan terus mempengaruhi agar kita mengikuti hawa nafsu kita, dan melanggar larangan Allah SWT.
Tuhan, jika ini memang benar, biarkanlah tetap begini,ijinkanlah hamba tetap menunggunya dijalan-Mu, bila memang dia yang Kau pilhkan untukku. Ijinkanlah hamba memperbaiki segala kekeliruan hamba diwaktu yang lalu. Dan teguhkan hamba dijalan-Mu,bimbinglah hamba kembali di jalan-Mu, bila saja hamba mulai goyah.


By : Dessy Rahmatya
BTN Mastrip Z-89




Artikel Terkait:

0 Comments
Tweets
Komentar FB

0 komentar :

Post a Comment